Bab 27 C - AKHIR BAHAGIA

2.1K 215 159
                                    

Koridor tunggu rumah sakit cukup ramai, tapi semua sibuk dengan urusan masing-masing

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Koridor tunggu rumah sakit cukup ramai, tapi semua sibuk dengan urusan masing-masing. Badrun menoleh kala mendengar salam yang diiringi suara langkah kaki mendekat

"Wa'alaikumsalam. Apa sudah beres semua? Sudah diizinkan pulang?"

Gara langsung membenarkan dan duduk di samping Badrun. "Saya, berterima kasih pada semua bantuan Bapak. Jazakallah khairan." Gara sedikit mengangguk. "Bahkan sampai ke biaya rumah sakit juga…"

"Tidak usah dipikirkan!" potong Badrun. "Ini tidak mahal. Lagipula, sudah berapa kali Bapak bilang kalau Bapak sudah menganggapmu sebagai anak sendiri."

"MasyaAllah, Jazakallah khairan. Barakallahu fii kum." Asa yang sedari tadi menyelipkan tangannya di lengan Gara turut angkat bicara. Wanita itu berusaha keras untuk membiasakan diri bersentuhan dengan suaminya. Akan tetapi, harus diakui, dia masih takut melakukannya. 

"Wa fiik barakallahu. Hanya saja, kematian Jack membuat Bapak sedikit menyesal." Wajah Badrun tampak sedikit kecewa. "Padahal, jika bertobat, mungkin dia bisa memiliki masa depan yang baik seperti dirimu setelah menjalani masa hukumannya. Toh, Allah akan selalu memaafkan dosa orang-orang yang bertobat sungguh-sungguh."

Gara tak tahu harus berkata apa. Demikian pula dengan Asa. 

"Ya sudah, kalian pulanglah. Kalau masih ada keperluan tentang kasus ini, biar polisi yang akan memanggil kalian." Badrun menepuk-nepuk pundak Gara perlahan. "Jaga istrimu. Dan berjuanglah kalian berdua untuk menjadi keluarga samara hingga ke surga."

"Aamiin…," balas Asa dan Gara bersamaan.

Akhirnya, Asa dan Gara sudah kembali ke rumah mereka lewat tengah malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Akhirnya, Asa dan Gara sudah kembali ke rumah mereka lewat tengah malam. Wajah Asa terlihat letih sekali. 

Gara membantu Asa untuk duduk di kasur. Pria itu berlutut di hadapannya dan berujar, "Akan aku rebuskan air. Kamu duduk saja dulu. Nanti aku ke sebelah, kamu boleh lap tubuhmu dulu tanpa perlu….."

"Bisa bantu aku, Kak?" Suara Asa yang memotong kalimatnya membuat Gara tertegun. "Tangan kananku masih nyeri kalau dipakai bergerak."

Gara merasa dunianya mendadak hanya dipenuhi suara detak jantungnya sendiri.

END Asam Garam Asa dan GaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang