Bab 25 - Ledakan Amarah

781 162 135
                                    

Sebelum membaca, kalau musik tidak haram bagimu, boleh baca sambil dengerin lagu ini.

Ini lagu yang SELALU ada setiap klimaks novel-novelku. Bertahun-tahun!

Selamat membaca bab paling kusuka.

Gara merasakan sesuatu yang tidak beres

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gara merasakan sesuatu yang tidak beres. Firasatnya menyalakan alarm berbahaya yang berdering berulang-ulang di kepala hingga dia mual. Kemungkinan-kemungkinan mengerikan kibang-kibut di kepala.

Rumah masih rapi. Tempat jahit pun tidak terlihat tanda-tanda perkelahian. Namun, Asa yang mendadak menghilang setelah dirinya bertemu Jack, jelas bukan hal yang baik.

Debaran di dada Gara semakin lama semakin cepat. Pria itu merasakan hawa panas yang meliuk dengan pasti naik dari perut dan kini dipompa ke sekujur tubuh. Jemarinya mengepal keras dan bergetar ketika seluruh otot lengannya menegang. Jika sampai terjadi sesuatu pada Asa ... entah apa yang akan dirinya lakukan.

Gerahamnya saling menggigit seiring rahang yang berkedut. Perlahan, Gara memejam berusaha mengendalikan semua pusaran amarah yang terus menyebar ke setiap sudut tubuh.

Istighfar pun gagal membuat semua api yang berkobar itu padam. Maka, Gara merasa, dirinya pun harus bertindak segera.

Dengan tangan masih sedikit gemetar, dia menelepon Asa. Tidak aktif. Beberapa kali diulang, hasilnya sama saja. Padahal tidak terlihat ada ponsel di tempat Asa biasa meletakkannya.

Gara berlari keluar dan bertanya pada tetangga sekitar apa mereka melihat Asa. Jawaban demi jawaban negatif membuat rasa frustrasinya semakin tinggi. Ke mana Asa? Keringat mengucuri kening ketika mentari sudah lewat dari puncak kepala.

Ke mana dia harus mencari?

Gara pun melanjutkan pencariannya untuk beberapa waktu. Di tengah kekalutan, tiba-tiba suara azan berkumandang. Pikiran Gara yang kusut sebenarnya masih ingin kembali mencari. Namun, bisa saja Asa sebenarnya hanya keluar sejenak. Sandal dan ponselnya tidak ada. Bukankah kalau diculik, sandal dan ponselnya pasti tertinggal?

Kenapa dia harus panik? Bukankah Asa sudah sering pergi sendiri berkeliling mencari jahitan?

Berkali-kali Gara berusaha meyakinkan dirinya bahwa semua baik-baik saja. Bahwa bisa saja Asa ke suatu tempat dan baterai ponselnya atau paket datanya habis tanpa dia sadari.

Gara pun akhirnya memutuskan untuk berbelok ke masjid dan menunaikan salat Asar dengan khusyuk. Panik mencari pun percuma. Dia sudah berusaha sangat keras sedari tadi. Lebih baik salat sejenak, InsyaAllah Allah akan memudahkan hamba-Nya yang memprioritaskan penciptanya.

END Asam Garam Asa dan GaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang