Chapter 20

102 17 0
                                    

🌼 Happy Reading 🌼
.
.
.
.
.


Lani menatap wajah kakaknya yang terbaring di ranjang rumah sakit, dengan tangannya yang diberi infus, dan dengan wajah pucatnya menatap Lani. Namun lengkungan bulan sabit tersebut tidak pernah pudar walaupun dia berada di kondisi seperti ini.

Setetes bulir permata berhasil mengalir dari wajah Lani, menatap iba kakaknya yang terbaring lemah seperti ini, apa lagi ia baru saja mengetahui kabar yang serasa menyayat hatinya, penyakit kakaknya sudah masuk stadium 3A.

"Lani sudah kamu jangan nangis, kakak ga papa kok," lirih kakaknya.

"Selalu saja kakak bilang ga papa, ga papa, ga papa," gerutu Lani.

"Jadi kakak harus bilang apa lagi hm?"

Lani tidak membalas pertanyaan kakaknya dan dia malah memutarkan bola matanya malas mendengar ocehan kakaknya yang selalu saja bilang dirinya baik-baik saja. Padahal kenyataannya, kakaknya ini sedang tidak baik-baik saja.

Dokter Kayla pun masuk dan menghampiri kakak adek tersebut. Dia mendekati Lia dan tersenyum menatap Lia.

"Lia penyakit kanker paru-paru kamu ini sudah menginjak stadium tiga A, dimana ini bukan waktunya untuk bermain-main lagi Lia, bukan waktunya untuk mengejar masa depan kamu dahulu, tapi ini waktunya kamu berjuang menyembuhkan penyakit kamu Lia,"

"Jika penyakit kamu sudah menginjak stadium empat, itu sangat sulit untuk disembuhkan, jadi inilah waktunya, sebelum penyakit itu tumbuh semakin parah," ucap dokter Kayla.

"Maksudnya mbak?" Tanya Lia lirih.

"Mbak sudah menemani kamu berobat dari penyakit kamu saat baru gejala, dan sudah sampai dititik ini, mbak sangat merasa bersalah pada kamu Lia. Mbak udah berjuang keras untuk kesembuhan kamu, tapi hasilnya nihil," lirih dokter Kayla menatap Lia iba.

"Dan sekarang mbak ada kenalan, namanya dokter Renata, dokter tersebut memang suka menangani kasus-kasus kanker paru-paru seperti kamu. Dan alhamdulilah sudah banyak pasien juga yang ia sembuhi. Tadi mbak sudah menelpon dia, mbak ceritakan tentang riwayat penyakit kamu. Dia bilang dia in syaa Allah bisa menangani penyakit kamu, fasilitas rumah sakit tempat ia bekerja juga sudah cukup lengkap, dan kamu in syaa Allah bisa sembuh total apabila ditanganinya,"

"Jadi mbak, dokter Renata ada di Jakarta?" Tanya Lia.

"Itu dia Lia, dia tidak ada di Indonesia. Dia di Singapura, mbak tau alamatnya. Mbak sarankan kamu segera ke sana Lia, nanti mbak akan memberitahu orang tua mu," jawab dokter Kayla.

"Kamu mau ya ke sana, untuk kesembuhan kamu," ucap dokter Kayla tersenyum sembari mengusap pelan kepala Lia.

"Maaf mbak Lia ga bisa,"tolak Lia dengan nada lirihnya.

"Kenapa?"

"Ada tugas yang harus Lia selesaikan di bulan ini, dan di penghujung tahun ini mbak. In syaa Allah Lia akan ke sana awal tahun aja mbak,"

"Januari 2023?"

"Iya mbak,"

"Ya sudah baiklah. Mbak pikir lebih cepat lebih baik, tapi kalo itu keputusan Lia, mbak ga bisa ngelarang," ucap dokter Kayla.

"Tugas apa sih kak?" Sahut Lani yang bertanya kepada Lia.

"Tugas negara," kekeh Lia kecil.

"Ish masih aja sempat-sempatnya bercanda," ketus Lani.

"Kamu sih kepo banget," kekeh Lia.

Dokter Kayla yang masih di sana pun hanya bisa senyum-senyum sendiri melihat kakak adek ini.

Love Story In Friendship [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang