Prolog

289 18 24
                                    

Jimin.

Apa yang aku lakukan di sini? 

Apa yang aku pikirkan? 

Kau benar-benar terjebak kali ini Jimin. Kau tahu dari awal bahwa omong kosong ini tidak boleh dilakukan.

Jadi kenapa? 

Bagaimana?

Aku menggelengkan kepalaku seolah baru sadar. Itulah tepatnya yang kurasakan. Seperti aku setengah tertidur di belakang kemudi beberapa bulan terakhir ini ketika aku membiarkan diriku bersalah dalam omong kosong ini.

Sekarang aku merasakan rasa bersalah yang baru.

Aku bermimpi lagi tadi malam. Tempat di mana dia memanggilku tapi aku tidak bisa menemukannya dalam kegelapan.

Wanitaku, hatiku, jiwaku.

Sudah lama sejak dia datang padaku dalam tidurku. Terlalu lama sejak aku bangun dengan keringat dingin dan rasa dia masih di lidahku, menghirup aromanya dengan indraku.

Meskipun mimpi itu membuatku merasa kosong, hanya itu yang kumiliki, jadi aku menyambutnya setiap kali mimpi itu datang. Mimpi itu menghindariku untuk beberapa waktu sekarang, sampai tadi malam. Aku tidak perlu bertanya-tanya terlalu keras mengapa itu harus terjadi.

Aku menatap wanita yang duduk di seberangku sekarang, bahkan bukan pengganti yang layak. Tidak ada seorang pun, dan sekarang aku mulai berpikir tidak akan ada seorang pun yang pantas. 

Itu bohong, aku selalu tahu ini omong kosong.

Sudah terlalu lama aku tidak merasakan sesuatu, apa saja, bahkan jika itu hanya secercah ketertarikan. Apa pun untuk memberitahu ku bahwa aku tidak mati, bahwa aku masih di antara yang hidup.

Tetapi bahkan sekarang saat aku melihatnya, yang aku rasakan hanyalah kekosongan yang dalam. Selubung kegelapan itu masih menyelimutiku setelah sekian lama. Seperti kehampaan hitam tempat aku merangkak masuk dan tidak bisa menemukan jalan kembali.

Bahkan ketika aku akhirnya menyerah, aku tahu bahwa inilah yang akan terjadi. Tahu bahwa tidak akan ada apa-apa di sana untuknya atau orang lain. Dan aku tahu bahwa itu akan sama hari ini, besok, dan lima puluh tahun dari sekarang.

Kang Hana bukan wanita yang berpenampilan buruk, dan aku yakin ada banyak pria di kota ini yang akan memberikan tangan kanan mereka untuk berada di sisinya. Tapi aku bukan salah satunya, tidak akan pernah. 

Jadi kenapa?

Sial…

Aku tahu mengapa. 

Aku sedang menguji diriku tidak diragukan lagi. Mencoba membuktikan sesuatu kepada diriku dan orang lain. Tapi omong kosong ini menjadi bumerang spektakuler. Aku hanya membuktikan apa yang ku ketahui jauh di lubuk hati.

Sialan, ini tidak akan berhasil.

Ini pasti akan gagal sejak awal dan tidak ada permohonan di pihaknya atau ibuku yang akan mengubahnya. Hati menginginkan apa yang diinginkannya dan aku telah mengambil keputusan sejak lama.

Aku tahu itu. 

Tapi ku kira aku sedang mengalami hari yang buruk ketika aku mengatakan ya untuk omong kosong ini. Sekarang aku terjebak dalam situasi menggelikan ini dan aku tidak punya orang lain untuk disalahkan selain diriku sendiri.

Aku merasa seperti sampah karena aku akan menyakiti seseorang yang meskipun tidak ku cintai, telah menjadi teman baik ku. Seseorang yang selalu ada di saat tergelap ku untuk menawarkan kenyamanan ketika ku pikir tidak ada.

Hana tersenyum di seberang meja makan padaku saat kami berdua berpura-pura memilih makanan kami dan aku bisa melihat ketegangan dalam dirinya, pertanyaan di matanya. 

The ReturnedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang