Tiga belas

65 9 33
                                    

Jimin.

Aku memeluknya lebih erat saat sedikit demi sedikit ketegangan yang menumpuk mulai meninggalkanku. Sudah berjam-jam sejak dia kembali dan tidak ada alarm yang dibunyikan. Tidak ada yang datang mencarinya.

Rumah sakit telah melakukan bagian mereka untuk mengamankan kamarnya di bawah perintah polisi. Sesuatu yang ditekankan ayah sebelum dia pergi. Dan siapa pun yang meminta informasi tidak diberi tahu.

Aku merasa lebih nyaman mengetahui bahwa setidaknya banyak yang telah dilakukan, sampai aku bisa keluar dan melihat diriku sendiri. Menyebalkan bahwa aku harus mempercayai orang lain dengan omong kosong itu untuk saat ini, tetapi mau bagaimana lagi.

Meskipun sebagian dari diriku berada di tempat tidur bersamanya, pikiranku tetap pada anakku. Tidak peduli bagaimana aku mengatakan pada diri sendiri untuk meninggalkannya saat ini karena aku tidak punya apa-apa untuk dilakukan dan omong kosong itu akan membuat ku gila, yang lebih mudah diucapkan daripada dilakukan.

Aku telah mencoba memulai pencarian tanpa hasil. Aku bahkan tidak bisa marah pada polisi karena mengatakan tangan mereka diikat sampai dia bangun dan memberi mereka beberapa informasi. Aku tidak dalam kondisi yang lebih baik daripada mereka saat ini.

Ketika aku berbaring di sana, pikiran ku masuk dan keluar memformat semua yang harus ku lakukan, bagaimana aku akan menyelesaikan masalah dan juga mengawasinya. Khawatir tentang kondisi seperti apa yang akan dia alami ketika dia membuka matanya.

Adik ku akan membantu, aku tidak ragu. Dan ayah, meskipun dia semakin tua, tidak akan berhenti untuk menemukan cucunya. 

Sialan! aku telah mengirim mereka pulang dengan omong kosong di hati dan pikiran mereka.

Siapa yang tahu neraka baru apa yang mereka alami? 

Terutama ibu. Mengetahui cintanya pada anak-anak, ini pasti sulit baginya juga. Dia sudah lama meminta cucu. Dan sekarang dia mungkin memiliki satu di luar sana, tersesat dan sendirian.

Aku mengedipkan air mata baru dan bertanya-tanya dari mana asalnya. Aku tidak membiarkan diriku menangis sebelumnya. Bukan karena kepercayaan kuno bahwa pria tidak menangis, tetapi karena rasanya terlalu ingin menyerah.

Sekarang hati ku sakit untuk anak malang yang berada di luar sana tanpa ibu atau ayahnya dan tidak ada yang menahan air mata kali ini.

Aku berpegangan padanya dan mencurahkan semua kesedihan melalui air mata diam. Bersumpah bahwa ini akan menjadi yang terakhir kalinya. Air mata tidak akan membuat omong kosong ini benar. Tapi untuk saat ini mereka adalah rilis yang ku butuhkan.

Aku pasti tertidur karena hal berikutnya yang aku tahu tangan Yeorin bergerak di tanganku dan aku mendengar suaranya, bisikan samar, memanggil namaku.

Pada awalnya ku pikir itu adalah salah satu mimpi yang mengganggu ku setiap malam sejak dia pergi. Sudah lama sejak salah satu dari mereka mengejarku dari tempat tidurku.

Tapi kemudian beberapa jam terakhir datang kembali padaku dan mataku terbuka lebar, terjaga, jantungku berpacu seperti itu setelah aku bermimpi tentang dia.

Perasaan memuakkan itu ada di ulu hati. Yang selalu mengikuti kekecewaan yang kurasakan saat terbangun dan mendapati bahwa dia tidak benar-benar ada.

Hanya saja kali ini diikuti dengan cepat oleh jantungku yang menghangat saat aku merasakan berat badannya menekanku di ranjang rumah sakit yang kecil.

"Aku di sini sayang, kau sudah bangun, bagaimana perasaanmu?" 

Dia berbalik dalam pelukanku dan hanya menatapku. Ada kesedihan di matanya sehingga aku hampir menangis karena rasa sakit yang kulihat di sana.

The ReturnedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang