Jimin.
"Biarkan aku menelepon Namjoon hyung dan kita akan pergi dari sini." aku membuat panggilan.
Aku lebih suka membiarkan Namjoon hyung yang berurusan dengan polisi sementara aku bersama keluarga ku, tetapi masih ada wanita di kamar sebelah yang harus dihadapi.
Aku mencium kepala anak-ku dan mengambil tangan Yeorin di tangan ku, membawanya keluar dari kamar.
Kami kembali menyusuri lorong di mana kami masih bisa mendengarnya merobek Jungkook. Park Jihan menolak keras ketika dia melihat kami memasuki ruangan dengan anak-anak dan suara wanita gila itu naik satu tingkat.
Putra-ku tegang dalam pelukan ku dan putri-ku mulai ribut di pelukan ibunya. Aku belum pernah berada di sekitar banyak anak, tetapi aku memahami umat manusia dengan cukup baik untuk menyatukan semua itu.
Mereka sudah cukup senang melihat ibu mereka dan aku, dua orang asing bagi mereka, tapi satu detik di kamar dengan lelucon keji dan mereka sudah bertingkah. Aku mengertakkan gigi dan menenangkan putra-ku ketika Yeorin melakukan hal yang sama dengan saudara perempuannya.
“Apa yang kau lakukan dengan anak-anak ku? Aku akan menelepon polisi.”
Jihan mencoba bangkit dari kursi tetapi Jungkook mendorongnya ke bawah lagi. Dari raut wajahnya aku tahu ada dua orang di tanganku yang akan sulit ditahan dalam satu menit.
Bagaimana aku yang paling tenang dalam permainan?
Apa itu terjadi?
"Mereka seharusnya ada di sini sebentar lagi."
Aku yakin Namjoon hyung telah menyalakan api di bawah pantat mereka setelah panggilan ku.
Matanya tampak seperti binatang yang terperangkap pada kata-kataku dan aku hampir bisa melihat pikiran yang mengalir di kepalanya. Sayang sekali baginya tidak ada jalan keluar.
Aku masih tidak mengenalinya, tetapi ada sesuatu yang hampir familier tentang Jihan sekarang karena aku punya waktu untuk melihatnya.
"Jungkook apa kau mengenalnya? Yeorin?”
Wanita-ku sibuk memeriksa putri kami untuk keempat atau kelima kalinya.
Mendengar kata-kataku, dia sepertinya tersentak ketika kepalanya muncul dan berputar.
Aku seharusnya tidak mengharapkan apa yang terjadi berikutnya, tetapi entah bagaimana aku melihat kejadian itu cukup cepat.
Yeorin menyerahkan bayi itu kepada Jungkook yang sedang menatap keponakannya seolah dia juga tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
“Yeorin…”
Dia mengabaikanku dalam gerakan majunya dan menyerang. Dengan tangan melingkari leher wanita itu, Yeorin menarik Jihan dari kursi tempat Jungkook menahannya dan membanting tinjunya ke wajah wanita itu… keras.
Kami semua menyaksikan wig pirang terbang ke lantai dan dunia miring saat desahan keras dari adik dan istri-ku memenuhi ruangan.
Yeorin menurunkan tangannya dan mundur selangkah karena terkejut saat wajah di balik penyamaran yang sekarang terlihat jelas terungkap.
Aku masih tidak yakin dengan apa yang ku lihat, sepertinya pikiran ku membutuhkan waktu lebih lama untuk mengejar ketinggalan.
Sampai Yeorin menarik lem yang terlihat seperti kotoran dari sekitar hidung dan di bawah mata wanita itu untuk mengungkapkan daging asli di bawahnya.
“Brengsek! Apa-apaan ini? Beraninya kau...” wanita itu menjerit, dengan tinju Yeorin lagi di wajahnya.
Perasaan shock yang mengejutkan ku segera diikuti oleh kemarahan yang paling hebat. Aku belum pernah merasakan kemarahan yang mematikan seperti itu dalam hidup ku. Aku merasa sulit untuk memproses apa yang mata dan pikiran ku katakan kepada ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Returned
RomanceDua tahun lalu istri ku menghilang. Tidak ada catatan, tidak ada petunjuk. Aku berangkat kerja di pagi hari, meninggalkan dia nyaman dan hangat di tempat tidur kami tapi kembali pada kosongan. Polisi punya satu tersangka, aku.