Delapan

72 9 35
                                    

Jimin.

Aku tidak tahu sudah berapa lama aku tidur ketika aku mendengar pintu terbuka di belakang ku. 

Aku melompat berdiri, menempatkan diriku di antara dia dan siapa pun yang memasuki ruangan.

Aku santai ketika menyadari itu adalah orang tua dan adik ku. Aku benar-benar lupa mereka menunggu di aula selama ini. Aku melihat kembali ke tempat tidur untuk memastikan dia masih baik-baik saja.

"Jimin, apa yang terjadi?" Ibu bergerak di sekitar ku ke tempat tidur dan berteriak. 

Aku menyuruhnya diam dan memindahkannya dengan cepat sebelum berbalik untuk melihat Yeorin, yang sepertinya tidak terganggu.

Dia mencoba mendekat untuk menyentuhnya, tapi aku menariknya menjauh lagi. 

"Dia tidur, dia butuh istirahat." Aku bahkan tidak ingin ibuku sendiri berada di dekatnya. 

Tidak sekarang, belum.

"Apakah dia…? Tapi bagaimana caranya?"

Ayah dan Jungkook mendekat dengan ekspresi tidak percaya yang sama. Aku kira ibu dan ayah telah menelepon Jungkook untuk menemui mereka di sini, sesuatu yang lupa ku lakukan.

Dia memanggilku ke samping setelah melihat kakak iparnya dan aku menjauh dari sisi Yeorin dengan enggan. 

“Polisi ada di sini untuk berbicara denganmu, mereka ada di luar. Apa yang kau ingin aku lakukan, hyung?”

Aku juga sudah melupakan mereka. Ku kira rumah sakit telah memanggil mereka setelah kisah liar ku. Aku sedang tidak ingin berbicara dengan mereka, tapi tahu tidak ada bantuan untuk itu.

Dua tahun lalu mereka menjungkirbalikkan hidupku mencari bukti bahwa aku telah membunuhnya dan membuang tubuhnya di suatu tempat. Untuk sementara itu menjadi pembicaraan di kota.

Jika bukan karena karakterku yang terhormat, dan fakta bahwa siapa pun yang memiliki mata tahu aku tergila-gila padanya, mereka mungkin akan menerima teori itu. Tak perlu dikatakan tidak ada cinta yang hilang di antara kita.

Jika aku tidak membutuhkan mereka untuk sampai ke dasar dari apa pun ini, aku akan memberitahu mereka untuk pergi bercinta sendiri, tetapi aku membutuhkan jawaban.

Aku melihat kembali ke arahnya yang terpecah antara pergi dan tetap di sisinya. Aku tidak ingin membiarkannya hilang dari pandangan dan merasa panik sesaat saat memikirkannya.

"Jangan khawatir Hyung, aku tinggal di sini." Jungkook menepuk pundakku. 

Jika ada orang yang kukenal yang bisa kupercaya selain diriku sendiri untuk menjaganya tetap aman, itu adalah adik ku.

"Hubungi aku jika dia bangun." Kataku kepada Jungkook, aku berjalan kembali ke sisi Yeorin dan berbisik ditelinga Yeorin. "Aku tepat di luar pintu sayang, jangan takut." 

Aku tidak tahu apakah dia mendengar ku atau tidak, tetapi napasnya tampak berubah.

Aku menyisir rambutnya untuk menenangkannya sampai dia tenang kembali. Dengan ciuman di dahinya aku berbalik dari tempat tidur.

Aku melangkah keluar dari ruangan dan itu seperti melangkah ke dunia yang berbeda. Orang-orang bergerak, dan sekarang aku bisa mendengar suara yang telah redup di balik pintu yang tertutup itu. Hidup terus berjalan.

Rasanya aneh bahwa semua hal normal sehari-hari ini terjadi di sekitar ku ketika dunia telah mengetuk. Aku merasakan keterputusan yang ku rasa akan membutuhkan waktu untuk membiasakan diri dalam beberapa hari mendatang.

Aku melihat dua pria yang sama yang pernah menangani kasus Yeorin sebelumnya, bersandar ke dinding dalam beberapa diskusi rahasia. Aku tidak perlu menebak apa yang mereka pikirkan.

The ReturnedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang