Empat

86 15 14
                                    

Jimin.

Mereka membebaskan ku dari rumah sakit beberapa jam yang lalu. Saat itulah aku mengetahui bahwa aku telah berada di sana selama tiga hari. 

Tiga hari penuh hidup ku hilang dan aku hampir tidak ingat apa-apa.

Aku mengalami kesulitan meyakinkan keluarga ku bahwa aku baik-baik saja untuk mengemudi tetapi tekad ku terbayar. Jungkook membawa mobil ku ke rumah sakit untukku setelah jelas bahwa aku tidak akan menyerah dan tidak akan pulang bersama ibu dan ayahku.

Aku berkendara melalui jalan-jalan ke rumah sambil bertanya-tanya apa yang akan terjadi di babak baru dalam hidup ku ini. Ibu tidak terlalu senang dengan berita pertunangan ku yang rusak, tapi aku meletakkan kakiku sekali untuk semua dan mengakhiri seluruh kekacauan.

Pikiranku dipenuhi dengan bayangan tentang Yeorin. Hanya dia yang kulihat saat aku koma. Kehadirannya begitu nyata hingga aku masih merasa sulit untuk percaya bahwa dia tidak berada di ruangan itu bersamaku.

Apapun itu, aku menganggapnya sebagai tanda bahwa Yeorin masih di luar sana di suatu tempat menunggu ku untuk datang menemukannya dan membawanya pulang. Untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama aku merasakan harapan yang nyata, bahwa mungkin kali ini keberuntungan akan berpihak pada ku.

Dengan rasa harapan baru ku, datanglah gelombang kegembiraan. Aku tidak tahu mengapa perasaan ini memilih untuk muncul sekarang setelah sekian lama, tapi aku senang karenanya. Hanya ketika aku merasa sedekat ini dengan Yeorin, aku merasa hidup.

Mungkin pikiran menikah dengan orang lainlah yang mendorong pikiran bawah sadar ku untuk bertindak. Bagian dari diriku yang tidak pernah putus asa mengatakan kepada ku untuk mencobanya sekali lagi.

Aku memikirkan itu tadi malam sebelum aku jatuh sakit. Teringat betapa senangnya diriku, akhirnya bisa keluar dari bawah awan yang menyelimutiku sejak hari aku membuka mulut dan menerima lamaran Hana.

Aku ingat memberi tahu Hana bahwa aku tidak bisa menikahinya dan kelegaan yang ku rasakan. Rasa berat dari dada ku untuk menyelesaikannya, meskipun keluarga ku mengatakan Hana datang ke rumah sakit saat aku koma.

Aku merasa itu aneh mengingat caraku memperlakukannya, tapi seharusnya aku sudah menduganya. Hana adalah orang yang seperti itu, orang yang selalu seperti dia ketika datang kepadaku.

Salah satu alasan mengapa, meskipun aku tahu dia terluka sekarang, aku harus memutuskan segalanya demi dia. Hana pantas mendapatkan yang lebih baik dariku. Seseorang yang memberi seperti dia harus dicintai, dihargai, dipuja. Semua hal yang tidak pernah bisa aku berikan padanya.

Aku telah menyampaikan berita itu kepada keluarga ku dari ranjang rumah sakit meskipun itu bukan waktu atau tempat tepat. Aku hanya ingin menutup bab ini sepenuhnya sehingga aku bisa kembali mencari istri ku dengan tenang.

Seperti yang diharapkan, ibu ketakutan. Hana adalah putri sahabatnya. Gadis yang dia coba nikahkan denganku sejak kuliah. Aku tahu itu menyakitinya, aku telah melihat raut wajahnya ketika aku mengatakan kepadanya bahwa tidak mungkin aku akan menikahi gadis yang dia pilihkan untukku.

Hana gadis yang baik, tapi aku tidak pernah melihatnya seperti pria melihat wanita. Jantungku tidak pernah berdetak untuknya seperti yang terjadi pada Yeorin. Aku tidak pernah ingin melihat Hana di seberang meja sarapan saat aku melewati setiap hari selama sisa hidup ku seperti yang masih ku impikan bersama Yeorin.

Hana tahu itu, mereka berdua tahu, karena aku sudah cukup jujur ​​kepada mereka setiap kali mereka terus mendesakku untuk menikah lagi. Tapi untuk alasan apa pun mereka berdua yakin bahwa pernikahan dengan Hana adalah obat yang kubutuhkan untuk mengatasi patah hatiku.

The ReturnedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang