Perjalanan saat malam hari, memang tak selalu menyenangkan bagi mereka yang terpaksa memutar arah tujuan karena penutupan rute entah disebabkan oleh apa. Melewati jalanan lebih sepi, dilengkapi suasana mencekam terkadang membangkitkan rasa ingin segera sampai agar terhindar dari segala hal tidak terduga di depan kedua mata.
Setelah mengantar jasad sang sahabat menuju tempat peristirahatan terakhir, Tabito berencana untuk kembali ke apartemen dan berusaha menerima kepergian Eita meski ia masih sulit sekadar melupakan seluruh kenangan bersama. Kematian tragis yang menimpa sahabatnya itu membuat Tabito sangat terpukul, selama ini mereka jelas selalu menjalani kehidupan suka maupun duka berdua hingga sudah hafal baik buruknya kebiasaan masing-masing.
Terlebih, selama ini ia adalah orang terdepan yang akan menentang kedekatan Eita dengan [Name]. Sebab, sejak lama Tabito sudah memperhatikan bagaimana seluruh korban yang mati secara mengerikan atau hilang entah ke mana itu adalah para teman dan senior di kampus memiliki hubungan dekat dengan sang gadis.
Tetapi, sesering apa pun Tabito melarang, Eita tetap bersikukuh berusaha mendekati [Name] hingga kini terbukti nyawanya sendiri yang melayang.
Jujur saja Tabito ingin sekali memukul kepala Eita seperti saat mereka sedang bercanda, tetapi bagaimana bisa kebiasaannya terjadi lagi jika bagian penting itu sudah hancur bersama dengan otaknya juga?
"Dasar gadis pembawa sial! Kurasa, wajah cantiknya itu memang diciptakan untuk menutupi segala kutukan di dalam diri!"
Tabito melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya, lelaki itu sesekali mengumpati [Name] atau menggerutu kesal karena sudah lima belas menit lamanya ia harus melewati gelap malam diiringi suara lolongan anjing sekitar seakan menyambut dirinya yang datang untuk pertama kali di jalanan terjal ini.
Gesek dedaunan dari rimbunnya pohon bahkan bisa didengar dengan jelas ketika tertiup oleh angin, cahaya yang menyinari jalanan pun hanya berasal dari kendaraan roda empat miliknya tidak ada satu pun penerangan lain lagi.
Keringat dingin mulai membasahi pelipis Tabito yang baru menyadari jika sejak tadi tak ada siapa pun melewati jalan ini; selain dirinya sendiri. Perasaannya perlahan mulai memprediksi, pasti akan ada sesuatu yang benar-benar terjadi di depan sana karena ternyata kendaraannya semakin mendekat pada sebuah bangunan tua dengan jalan buntu yang tidak memiliki satu pun akses memutar balik arah.
"Apa-apaan ini?!"
Tabito berusaha memutar setir dengan cepat, berniat untuk memaksakan diri kembali mencari jalan meski mobil mahal miliknya harus tergores pohon di sekitar atau bahkan sisi bangunan kumuh di hadapannya kini.
Namun ...
DOR!
DOR!
Sekuat apa pun Tabito mencoba lari, hasilnya akan tetap sama saja; gagal.
Sebab mobil itu tidak bergeser sedikit pun, karena sial--- ban miliknya justru ditembak cepat secara tepat oleh sosok lelaki sipit yang entah sejak kapan sudah berdiri di hadapan kendaraan dengan bibir mengulas senyum manis tanpa dosa.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] TRAPPED ✔
Fanfiction【 PSYCHO LOVE STORY #02 】━━ ❝Belenggu kuat dari Iblis yang memberi luka dan juga cinta.❞ © BLUE LOCK, M. KANESHIRO, Y. NOMURA © COVER FANART BY ME! © DACHAAAN, 2022