Di antara pria lainnya yang berdiri sesekali menebar senyum menawan, jujur saja Rin merasa menjadi satu-satunya yang paling baik karena tidak pernah sembarangan menghilangkan nyawa selain bertujuan untuk menyingkirkan pengganggu demi mendapatkan hati sang pujaan.
Bermain dipenuhi aturan juga memilih target utama sangat jelas dan nyata, berbeda dengan mereka semua yang tampil di hadapannya kini sebab nyawa orang lain seperti hal tak berguna bahkan menghancurkan pengusik pun bisa dilakukan semudah menjentikkan jari seenaknya.
Bermandikan darah agar bisa meraih kesenangan, menyiksa bahkan membuat penderitaan hanya untuk sekadar hiburan.
Contoh singkatnya adalah Raiden yang memang sudah bersahabat dengan si bungsu Itoshi cukup lama, walau pria sipit itu sering kali melukis senyum manis dan terlihat bodoh di waktu bersamaan namun keahliannya dalam merenggut nyawa jangan pernah diragukan lagi bagaimana pintarnya.
Ada yang menatap dirinya dengan wajah menyebalkan saja akan langsung dihabisi detik itu juga, bahkan jika diingat, ketika memenggal kepala Yoichi pun Raiden bertingkah seperti sedang membunuh nyamuk padahal sangat jelas jika mereka tidak pernah saling memiliki masalah sebelumnya.
Semua teman bermain Raiden memang banyak sekali yang tidak dikenali, karena pria itu setiap malam akan sengaja mencari mangsa untuk dihabisi. Bukan disebabkan adanya tujuan atau sebuah target dalam hidupnya, pria itu melakukan semua aksinya jelas karena satu hal; bersenang-senang dan haus akan genangan merah menghiasi tubuhnya.
Hanya itu.
Membunuh adalah hal mudah, dan itulah yang selalu ada di otak Raiden juga mereka semua; Rintarou, Masaomi, bahkan Seijuurou.
"Anak-anakmu sangat menggemaskan. Aku menyukainya."
Rin melukis senyum dengan terpaksa, kedua tangannya terulur untuk menyambut Reina dan Reizo yang perlahan melangkah menghampiri lalu bersembunyi di balik punggung tegapnya.
"Maaf jika mereka sempat mengganggumu."
"Tidak sama sekali. Aku justru sangat berterima kasih pada kejujuran mereka berdua."
Seijuurou menyeringai tipis.
"Nanti, kita bertemu lagi, ya?"
Tanpa sadar, Rin mengeraskan rahang lalu mengusap kepala dua anak tersayangnya dengan lembut.
"Reina, Reizo, kalian bisa tunggu dengan Mama di sana. Ucapkan salam yang baik untuk Paman Sei."
"K-kami pergi dulu. Permisi."
Reizo mengulurkan sebelah tangan untuk menggenggam jemari Reina yang masih saja terdiam dengan wajah pucat pasi, anak lelaki itu menariknya untuk segera melangkah pergi dan menjauhi Seijuurou yang sempat mengobrol dengan mereka tadi.
"Kau menakuti mereka, Sei-chan. Ayolah, jangan seperti itu pada anak-anak."
Raiden menendang kaki sahabat semasa kecilnya, sedangkan Seijuurou hanya terkekeh pelan karena tingkah kekanakkan pria sipit yang kini berdiri di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] TRAPPED ✔
Fanfiction【 PSYCHO LOVE STORY #02 】━━ ❝Belenggu kuat dari Iblis yang memberi luka dan juga cinta.❞ © BLUE LOCK, M. KANESHIRO, Y. NOMURA © COVER FANART BY ME! © DACHAAAN, 2022