Netra berkilau menatap lekat keadaan sekitar, [Name] terus memperhatikan setiap sudut ruangan monokrom yang diyakini adalah kamar pribadi milik si bungsu Itoshi walau sebenarnya tidak pernah bertanya tentang hal apa pun setelah ia sadar.
Lagi pula, untuk apa bertanya hal retoris seperti itu jika seluruh bingkai foto yang menghiasi dinding bahkan meja samping ranjang saja sangat jelas melukiskan potret sang wanita sendiri, mulai dari masa remaja hingga dewasa yang sejujurnya membuat [Name] menghela napas berat karena ternyata Rin memang sudah menginginkannya sangat lama sekali.
Belum lagi semua fasilitas sampai perlengkapan privasi di kamar ini pun sudah tersedia dengan kebutuhan serupa yang selalu dipakai oleh [Name]; alat mandi, pakaian, sepatu, aksesoris dan masih banyak lagi barang lain tanpa adanya sedikit pun kesalahan, seolah memang sudah disiapkan sebagai sambutan ketika akhirnya mengetahui seluruh kenyataan dan bersedia menerima Rin dengan segala sikap gilanya yang selalu kelewatan.
Bahkan kamar ini memiliki meja rias dilengkapi deretan parfum dan seluruh perawatan wajah juga tubuh yang menjadi pilihan [Name] sejak dulu, ya ampun, si penguntit andal ini tidak mungkin memiliki niat untuk membawanya tinggal permanen di mansion keluarga Itoshi, kan?
"Sayang?"
Wanita itu menoleh cepat, lalu menatap pada Rin yang kini menghampiri dengan mendorong sebuah kursi roda untuknya dilengkapi senyum manis hingga kedua mata menyipit.
Si bungsu Itoshi mulai terduduk di samping [Name] lalu berdeham pelan seolah menghilangkan rasa canggung, sebelah tangannya terulur untuk menggenggam jemari sang wanita sesekali mengusapnya lembut.
"Papa dan Mama sudah menunggu untuk makan malam bersama."
"Huh?!"
"Tenang saja. Mereka sudah mengenalmu, bahkan sejak jauh hari sebelum kau datang ke mansion ini."
[Name] menutup mata sesaat, wanita itu bahkan menarik napas dalam dan mengembuskannya dengan sangat perlahan.
Mendengar ucapan Rin yang terlampau santai jujur saja membuat [Name] hanya bisa pasrah akan segala keadaan, bukankah itu artinya kedua orang tua Itoshi pun jelas mengetahui niat si bungsu yang berusaha mendekatinya dengan berbagai cara tanpa adanya batasan?
Lalu, kenapa mereka tidak melarangnya?
Oh, sepertinya bukan tidak pernah melarang, melainkan Rin sendirilah yang keras kepala dan tak mau mendengar perkataan orang tua.
"Ayo."
Rin menuntun [Name] dengan sangat hati-hati, membawa wanitanya perlahan bangkit dari duduk di tepian ranjang hanya untuk berpindah posisi ke kursi roda di hadapannya kini.
Pria itu terus menatap lekat dan tidak berkedip ketika memastikan wanita pujaan bisa selalu nyaman, bahkan saat melihat [Name] sedikit meringis pun si bungsu Itoshi langsung mengulurkan kedua tangan untuk mengusap pinggang juga paha wanitanya walau berakhir mendapat pukulan keras di kepala; sialnya Rin justru tertawa tanpa dosa.
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] TRAPPED ✔
Fanfiction【 PSYCHO LOVE STORY #02 】━━ ❝Belenggu kuat dari Iblis yang memberi luka dan juga cinta.❞ © BLUE LOCK, M. KANESHIRO, Y. NOMURA © COVER FANART BY ME! © DACHAAAN, 2022