Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rasanya, waktu berlalu dengan begitu cepat bahkan mampu membalikkan segala situasi yang terjadi hanya dalam hitungan sangat singkat.
Memori otak [Name] jelas masih bisa mengingat dengan baik bagaimana seluruh kejadian mengerikan itu terjadi, kehilangan semua orang terdekat juga terkasih dan hanya menyisakan dirinya sendiri tanpa ditemani siapa pun lagi.
Berlari bak kesetanan di antara kegelapan malam nyaris kehilangan napas lalu harus terluka sampai bersimbah darah setelah disetubuhi tanpa henti, terbelenggu kuat dan tidak memiliki sedikit pun kesempatan untuk berusaha pergi sebab takdir hidupnya memang sudah berada dalam genggaman sang pemuja yang rela melakukan apa saja demi bisa mendapatkan dirinya selaku wanita pujaan hati.
Rekam setiap peristiwa seolah membekas dalam kepala sulit dihapuskan walau sering kali mencoba, tetapi siapa yang akan menyangka jika kini [Name] justru memilih berdamai dengan si pelaku semua kegilaan dan memutuskan untuk menyerahkan diri sebagai pilihan pada akhirnya.
Tidak.
Ini jelas bukan pilihan akhir.
Sebab, sejak awal pun [Name] memang tak diberikan sebuah pilihan lain lagi; selain tetap menerima kehadirannya meski terpaksa dan tidak ada rasa cinta sama sekali dalam hati.
Lagi pula, kembali lari dan berakhir ditemukan hanya untuk dilukai sesuka hati itu terdengar lebih mengerikan. Ujungnya, [Name] juga pasti akan tetap hidup bersama dengan pria gila yang sudah secara terang-terangan tak keberatan jika kondisinya cacat sekalipun.
Jadi, bertahan untuk aman tentu saja menjadi pilihan yang tepat dibandingkan mendapat siksaan nyaris merenggut nyawa namun tetap harus bersama, kan?
Toh, pepatah pun mengatakan bisa karena terbiasa, dan cinta akan tumbuh jika sering bersama.
Yah, semoga saja itu semua bisa [Name] rasakan dengan perlahan seiring berjalannya waktu; sebab mencintai pria lain pun sepertinya ia tak akan mungkin diizinkan.
Pasrah.
"Sudah kuduga, rak antik ini memang benar-benar serupa dengan milikku."
Kedua tangan [Name] terulur pasti, jemari lentiknya menyentuh dan mengusap sebuah rak vintage di hadapan yang tentu saja berisikan banyak sekali potret dirinya sendiri sejak masa remaja hingga dewasa kini.
Semua tata letak bahkan model bingkai foto yang digunakan pun benar-benar sama dengan semua yang ia miliki dulu, membuatnya menghela napas berat karena Rin itu memang terlalu gila ketika mencaritahu segala hal yang bersangkutan dengannya tak sedikit pun memberi batasan wajar meski hanya seujung kuku.
"Bagaimana kau bisa memilikinya?"
"Aku selalu mendapatkan semua hal yang kuinginkan."
Rin mengulurkan kedua tangan, pria itu memeluk [Name] dari belakang dan mengecup bahu sang wanita dengan lembut.