Jennie tersenyum puas saat Yerim menghabiskan bubur nya,walaupun ada sedikit pemaksaan dari pihak Jennie tapi tak apa karena ini juga demi kesehatan si bakteri_eh maksudnya Yerim.
"Kak Jen,ini kapan di lepas? Gak enak banget pake ginian" ujar Yerim memegang penyangga leher atau Cervical Collar yang ia gunakan.
"Mungkin beberapa hari,nanti kakak tanyain ke dokternya" ucap Jennie menyimpan alat makan Yerim di nakas.
Yerim mencebik,alat yang terpasang dilehernya itu benar-benar mengganggu. Lehernya jadi tidak leluasa bergerak.
"Yerim,kok kamu bisa jatuh dari tangga? Kakak mau denger langsung dari kamu"
Mata Yerim bergerak tak menentu,ia menelan Saliva nya kasar siap-siap mengarang cerita.
"Hiks...." drama di mulai.
Yerim menutup mulutnya dengan tangan yang bebas dari infus. Yerim nangis bohong-bohong. Matanya kering tapi suaranya terdengar seperti orang menangis.
"Hiks...Waktu itu aku mau ke kamar ambil sesuatu terus pas aku udah ada di atas,aku ketemu Rosie. Aku liat wajah nya memerah seperti menahan amarah,tiba-tiba dia nyenggol bahu aku. Aku gak bisa jaga keseimbangan karena posisi aku memang di ujung tangga" Yerim menutup wajahnya,tangisan palsunya berlanjut. Ia tak sanggup untuk melanjutkan. Ia melirik Jennie dari sela-sela jarinya,penasaran dengan respon gadis itu.
Jennie meremas sisi kasur,wajahnya memerah menahan amarah,nafasnya sesak. Jennie sungguh tidak menyangka Rosie sanggup melakukan hal seperti itu.
Jennie menyalahkan dirinya untuk apa yang terjadi pada Yerim. Ia teringat pada perkataan seorang wanita tua beberapa minggu yang lalu.
Flashback
Jennie menghentikan laju mobilnya didepan toko roti langganan nya. Jennie turun dari mobil,tak lupa kaca mata hitam yang bertengger di hidungnya.
Ketika hendak memasuki toko,perhatian Jennie tiba-tiba tertuju pada seorang wanita tua yang duduk bersandar pada tiang lampu depan toko. Penampilannya kucel,wajahnya kusam,rambutnya berantakan,wanita itu juga tidak memakai alas kaki.
Jennie mengambil beberapa lembar uang di dompetnya dan menghampiri wanita tua tersebut.
Jennie jongkok berhadapan dengan wanita itu. Jennie tersenyum kemudian menyodorkan beberapa lembar uangnya.
Jennie mengernyit bingung ketika wanita itu hanya diam saja sembari menatapnya lekat.
"Aku ingin memberikan ini" Jennie buru-buru menyimpan uang itu di depan wanita tua,ia risih di tatap intens seperti itu.
"Kehilangan!" tukas si wanita tua.
Langkah Jennie yang hendak masuk ke toko terhenti. Ia menoleh ke belakang,wanita tua itu menatapnya dengan senyum aneh yang membuat Jennie merinding.
"Kehilangan dan penyesalan!! Masih ada waktu untuk menghindarinya. Kau harus merubah pola berpikir mu,Nak. Kau tidak seberuntung itu untuk mendapatkan kesempatan kedua" setelah mengatakannya,wanita tua itu tertawa terbahak-bahak seraya melempar uang yang diberikan Jennie tadi ke udara.
Jennie gemetar ketakutan,ia mengurungkan niatnya untuk membeli roti. Jennie sedikit berlari ke mobilnya,ia tidak pernah membayangkan jika ia akan bertemu orang gila. Jennie melaju dengan kecepatan tinggi.
Jennie menghela nafas kasar,"dasar orang gila! Ngaco banget ngomongnya"
Jennie tidak menganggap serius perkataan wanita tua tadi,yang menurutnya melantur. Maklum orang tidak waras,pikir Jennie.
Flashback end
~
Sekarang Jennie memikirkan perkataan wanita tua itu,apa ini yang dia maksud?
Jennie harus menjaga Yerim lebih ekstra lagi,agar Jennie tidak kehilangannya dan berujung akan penyesalan."Kak.."
Jennie tersadar dari lamunannya ketika Yerim menggenggam tangannya.
"Kak aku takut. Aku takut kalau Rosie berbuat hal lebih jauh lagi. Aku..aku takut tinggal satu atap dengan nya" ujar Yerim mengeratkan genggaman nya.
"Atau gini aja, Rosie tinggal di Paviliun yang ada di Jeonju" lanjut Yerim. Definisi gak tau diri..eh.
Jennie membasahi bibirnya yang kering. "Maaf Yerim,itu tidak mungkin. Aku tidak bisa meminta Rosie untuk pergi dari rumah"
"Lho kenapa? Kakak gak takut kalau suatu saat dia akan mencelakai ku lagi?"
Jennie menggeleng,"Bukan begitu."
"Yerim dengar,aku tidak bisa melakukan nya karena aku tidak punya hak. Mansion itu sudah kakek wariskan untuk Rosie,jadi mana mungkin aku meminta Rosie untuk meninggalkan Mansion itu"Tutur Jennie.
Yerim berdesis kesal,ia pikir akan mudah menyingkirkan anak cacat itu tapi kenyataannya malah sebaliknya. Bahkan bisa saja Rosie lah yang akan mengusirnya nanti,tapi Yerim tidak khawatir karena ia memiliki kartu As; Jennie.
"Tapi kamu tenang aja,kejadian seperti ini tidak akan terulang kembali. Aku janji" tutur Jennie.
**
Rosie duduk dengan kaki yang tertekuk di depan makam kedua orang tuanya. Rosie sangat amat merindukan kedua malaikatnya itu,dua orang manusia yang sangat menyayangi Rosie dan menerima kekurangannya.
Dulu saat Yoona mengetahui kekurangan putri bungsunya,hal yang paling ia takutkan adalah kembali ke sang pencipta. Karena Yoona tahu jika dirinya pergi,tidak akan ada yang menyayangi Rosie sama seperti dirinya.
Dan itu menjadi kenyataan sekarang.
Rosie menatap sekitarnya;sepi. Ini saat yang tepat untuk mengeluarkan semua perasaan gundah yang begitu menyesakkan dadanya,tapi mau bagaimana? Bahkan air matanya terasa sudah habis.
Rosie meraba nisan yang bertuliskan nama ibunya.
'Aku kalah,Ma. Anak mu ini berantakan. Ia menyerah pada dunia yang menghajarnya tanpa ampun,tanpa belas kasih,tanpa jeda. Hanya karena aku mampu menanggungnya,bukan berarti itu tidak berat'
'Aku ingin beristirahat sejenak,namun sepertinya Tuhan seolah belum puas dengan semuanya'
TBC...
Se marah-marahnya emak gw,dia gak pernah tuh ngomong "kamu terlalu baik buat aku"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunga Terakhir
General Fiction...... Terlahir sempurna adalah keinginannya. Namun Ini bukan pilihan,takdirlah yang bermain. Lantas,Bagaimana nasib seorang adik yang terlahir tidak sesuai dengan ekspektasi sang kakak,_Sempurna. Ini tentang seorang adik perempuan yang sedang menye...