Gadis itu meneguk kembali wine nya. Entah sudah berapa botol wine yang ia habiskan dalam satu jam terakhir.
Ia menyenderkan tubuhnya pada pohon, dan meracau tidak karuan,diiringi tangisan yang memilukan hati. Kesadarannya di ambang batas,sorot matanya terlihat sayu dan redup. Sesekali ia mengambil batu yang ada di sela-sela rerumputan disampingnya,kemudian melemparkan nya ke danau yang tenang.
Gadis itu kembali membawa ujung botol itu ke bibirnya,namun ia tidak merasakan sesuatu masuk ke mulutnya. Ia menggeram kesal saat sadar jika wine nya sudah habis.
Ia membuang botol nya ke sembarang arah. Jemarinya meremas sisi kepalanya kuat-kuat.
"Aaaaaaaakkhh.....aaaaakkhhhhh" ia berteriak dengan tenaganya yang tersisa,dan menangis setelahnya.
Ia masih menyalahkan dirinya atas kematian sang adik. Dirinya tidak ada disaat adiknya membutuhkan nya. Padahal adik istimewa nya itu hanya ingin di peluk olehnya,tapi ia malah mengabaikan permintaan terakhir itu. Sampai saat ini,gadis itu belum mengikhlaskan kepergian adiknya. Dan penyesalan itu semakin menyakitinya seiring berjalannya waktu.
Jisoo masih betah di posisi nya,duduk bersandar dibawah pohon menghadap ke danau. Hari sudah sore namun tidak ada niatnya untuk beranjak dari sana.
Andai waktu itu orang tuanya memberitahu Jisoo tentang sakit yang diderita sang adik,mungkin penyesalan Jisoo tidak akan sebesar sekarang. Jisoo akan lebih banyak menghabiskan waktu bersama adiknya;Lili.
Jisoo jarang bersama Lili bukan karena dia malu memiliki adik yang keterbatasan;tapi karena Jisoo lebih suka menghabiskan waktu bersama teman-teman nya.
Gadis itu tidak pernah memperlihatkan sisi rapuhnya pada orang-orang,ia ingin dilihat sebagai gadis yang kuat.
Jisoo sedikit mendongak ketika melihat sepasang kaki berdiri didepannya. Jisoo kembali menunduk ketika tahu siapa yang ada dihadapannya sekarang. Itu Rosie.
{ Kakak disini? Kenapa tidak memberi tahu aku? } . Rosie dengan senyum khasnya.
"Pergilah!! Tinggalkan aku sendiri!!" ujar Jisoo pelan. Bukan tanpa alasan ia mengatakan,Jisoo tidak ingin Rosie melihat seperti ini;berantakan.
Bukannya menurut Rosie malah berlutut,ia bisa melihat mata sembab Jisoo. Rosie juga sadar,penampilan Jisoo berantakan;gadis itu tidak se rapi biasanya. Rosie juga bisa mencium bau aneh;alkohol.
Tangan Rosie terulur,memperlihat kan dua tiket bioskop. Mungkin dengan mengajak gadis itu nonton di bioskop perasaan nya akan lebih baik nanti,pikir Rosie.
Jisoo hanya diam memandangi tiket itu.
{ Paman Jeff yang kasih aku ini. Dia beli tapi gak tahu mau ajak siapa,Paman Jeff memang aneh. Terus dia kasih tiketnya ke aku }
{ Tadi aku juga mau menolak,aku tidak tahu mau ajak siapa terus aku ingat kakak }
{ kakak mau tidak menemani ku? }
Jisoo menghela nafas samar,kepalanya mulai nyut-nyutan.
"Tidak Rosie!!Pergilah!!Tinggalkan aku sendiri!!" pinta Jisoo,suaranya terdengar serak.
{ Kakak ada masalah? Kakak bisa cerita sama aku. Aku ada disini }
Jisoo menggeleng kuat,ia kembali terisak. Kenapa ia jadi selemah ini?
Rosie merengkuh Jisoo kedalam pelukan hangatnya. Selama ini Jisoo lah yang selalu menguatkannya dan sekarang giliran Rosie,ia juga ingin diandalkan oleh Jisoo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunga Terakhir
General Fiction...... Terlahir sempurna adalah keinginannya. Namun Ini bukan pilihan,takdirlah yang bermain. Lantas,Bagaimana nasib seorang adik yang terlahir tidak sesuai dengan ekspektasi sang kakak,_Sempurna. Ini tentang seorang adik perempuan yang sedang menye...