10. New Friend(s)

946 123 7
                                    


Jari itu menyentuh batu nisan, mengelusnya perlahan. Tanda ia selesai berdoa.

"Aku pergi, selamat siang."

Hari ini (Name) ijin pulang awal atau lebih tepatnya ia sedang tak ingin di ganggu. Ia sedang tidak ingin bertemu ayahnya. Sejak perbincangan tiga hari yang lalu, ia sedikit diam dari biasanya.

(Name) memutuskan untuk pergi ke pemakaman, dimana ia bisa bercerita walau tak ada jawaban selain angin sepoi di tambah suasana sepi nan sunyi disana.

'Bruukk'

(Name) tanpa sengaja menabrak seorang di hadapannya, segera ia menunduk 90 derajat tanpa menatap korban tabraknya. "Maaf..." ia pergi dari sana. Namun sebuah suara menghentikan langkahnya,

"Tunggu Nona..." ia menoleh, sepasang kaki itu melangkah mendekat kearahnya. (Name) mengernyit bingung. "Bisakah kita bicara?"

Di bawah rindangnya pepohonan taman, angin sepoi menerbangkan helaian surai kedua orang berbeda gender disana. Dan disinilah (Name) duduk berhadapan dengan pemuda yang di temuinya tadi, keduanya duduk di taman yang tak jauh dari pemakaman. Pemuda ini menatapnya, raut wajah yang tenang namun tersirat keingintahuan.

"Ano... sebenarnya ada yang ingin kutanyakan padamu Nona",

"Silahkan",

"Maaf jika ini lancang, tetapi... ada hubungan apa kau dengan mendiang Baji-san?" kepalanya menoleh ke arah pemuda, ia membuka mulut namun di urungkan suaranya. Kedua netra obsidiannya membaca name tag yang tertera di dada kirinya.

Matsuno Chifuyu. Matanya membulat kaget tak percaya, teman Kei-nii batinnya. Menatap pemuda di depannya lalu berganti ke name tag nya, potret wajahnya ada di album milik sang kakak. Chifuyu menjabat sebagai wakil divisi 1 Touman dengan Baji Keisuke sebagai ketuanya. (Name) tak menyangka bila bertemu dengannya disini. Dunia terasa sempit ya, ringisnya dalam hati.

"Jadi harus kumulai dari mana ya?" (Name) menatap langit di atas kepalanya, menerawang pertemuan antara ia dan Baji.

Pagi itu hari nampak cerah, (Name) dengan riang di bonceng sepeda motor milik ayah. Wajahnya tak berhenti sumringah kala obsidian besarnya berbinar kala menatap pemandangan laut, ia tak henti-hentinya menunjuk-nunjuk dan mengucapkan kata laut.

Hingga sepeda motor ayah berhenti di sebuah bangunan rumah susun, di parkirnya pada halaman depan bangunan. (Name) kecil digandeng tangannya, senyum lebar tak lepas dari bibir mungilnya.

'Tok tok tok'

'Krieet'

"Ayase-san... selamat pagi. Mencari suamiku ya?" Ayase mengangguk. "Iya... maaf Baji-san mengganggu" ucapnya membuat Nyonya Baji memandangnya.

"Kami sama-sama Baji. Aaa... ia sedang di belakang, Ayase-san. Halo (Name)-chan... pipimu tambah berisi ya, terakhir aku melihatmu tidak segembul ini" (Name) menatap Nyonya Baji matanya berkedip-kedip lucu yang menambah keimutannya. Membuat Nyonya Baji menoel gemas pipi bulatnya.

"Silahkan masuk, akan ku panggilkan sebentar."

Keduanya memasuki kediaman Baji, ayah menepuk sofa sebelahnya agar (Name) duduk namun manik obsidiannya menangkap seorang anak laki-laki yang tengah membuka buku. Niatnya untuk duduk tak jadi, kaki kecilnya berjalan menghampiri anak tersebut.

"Kakak" seorang yang di panggil kakak menatapnya sekilas, lalu membuka buku dalam tangannya. Sudah menjadi kebiasaan (Name) ketika berkunjung ke kediaman ini, apalagi memanggil anak semata wayang mereka dengan sebutan kakak.

Usia yang terpaut 5 tahun lebih muda dari bocah lelaki itu, membuat (Name) memanggilnya dengan sebutan kakak. Keisuke awalnya kesal karena ia anak tunggal, namun karena menyadari perbedaan umur pada keduanya. Ia mengiyakan ucapan (Name) yang memanggilnya kakak. Tuan dan nyonya Baji juga tak merasa keberatan, justru mereka senang terutama nyonya Baji.

That... | BONTEN X Reader  (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang