15. Everything Will Be Okay

728 91 0
                                    

Suasana sore tenang, warna langit tampak lembut memudar. Meninggalkan kesan tenang nan manis khas sore hari. Tas belanja di tangannya ia peluk, (Name) tak menyia-nyiakan menikmati sore ini dengan berbelanja dari minimarket. Melewati taman bermain, tak sengaja ia bertemu Kazutora yang memberi makan kucing jalanan.

"Kazutora-san..." sapa (Name), si pemilik nama menoleh kearahnya. "Hai... (Name)-chan"

.

Riuh suasana di sebuah kedai es krim, yang menyajikan berbagai varian rasa dalam etalase. Banyaknya pengunjung yang berdatangan membuat Kazutora dan (Name) berbagi tugas. Kazutora berdiri mengantri, sedangkan (Name) mencari tempat duduk.

Suara langkah kaki mendekat, Kazutora dengan dua gelas parfait menyajikannya di meja yang sudah di tempati (Name). (Name) yang membuka galeri fotonya segera memasukkan ponselnya, menyadari bila Kazutora telah duduk di hadapannya. Kazutora membuka percakapan. "Apa kabar (Name)-chan?",
"Baik. Bagaimana denganmu, Kazutora-san?",
"Hm... baik juga" hening sejenak, (Name) nampak ingin menanyakan sesuatu. Tetapi Kazutora sudah terlebih dulu bersuara, "Darimana kau mengenal Chifuyu, (Name)-chan?" sejenak dirinya berpikir. Apa perlu ia mengatakan bertemu Chifuyu saat di area pemakaman. Tidak, tidak. Horor jadinya.

"Aku bertemu dia dalam perjalanan pulang, kami mengobrol sejenak. Kebetulan aku menyukai kucing dan Chifuyu-san bekerja di petshop. Darisana aku mengenalnya" ucap (Name). Kazutora sedari tadi mengamatinya, di tatap seperti itu (Name) jadi malu. "Souka..."

Memutus kontak (Name) menatap ke arah parfait di hadapannya yang tampak menggoda mata, rasa manisnya menyebar lumer di lidahnya. "Enak..." tak sengaja bibirnya mengucapkannya yang kemudian terdengar oleh Kazutora.
"Kau suka?",

"Ya",

"Lainkali aku akan mengajakmu lagi ke kedai ini" matanya yang fokus pada parfait kini mengarah pada Kazutora yang menatapnya tanpa kedip, (Name) gelagapan sendiri. Mengalihkan pandangannya dari pemuda beriris macan ini dengan menyuapkan parfait.

"Dingiiinn..." ucapnya ketika merasakan linu menyebar di mulutnya. Ia tak sadar telah memakan satu sendok penuh parfait. Sebuah tisu mengelap bibirnya akibat lelehan parfait, (Name) mengambil alih tangan Kazutora yang membersihkan bibirnya. "Terimakasih" pemuda itu tersenyum tipis, lalu menatap sebentar jam tangannya.

"Hampir pukul lima, bagaimana jika aku mengantarmu?"

.

Sebenarnya (Name) menolak Kazutora untuk tidak mengantarnya, tetapi pemuda itu mengatakan jika mereka searah hanya beda di belokan pertigaan.

Di perjalanan yang lumayan jauh itu, Kazutora bercerita pada (Name). Kedai yang mereka kunjungi adalah kedai langganannya semasa remaja dulu, (Name) yang tidak tahu melontarkan pertanyaan. Apakah ia sering berkunjung kesana? Kazutora mengiyakan, bahkan disanalah tempat berkumpulnya ia dan teman-temannya dulu. Atau bisa di bilang tempat nongkrong. (Name) hanya mengangguk-angguk, pilihannya bagus ditambah kedai tersebut juga menyajikan menu favorit. Salah satunya yakni parfait yang menjadi menu favoritnya dengan teman-teman gengnya.

"Apa mereka juga masih sering berkunjung kesana?" Kazutora mengangguk mengiyakan. "Sebagian", "Yang lain?", "Sedang sibuk, bekerja" jawab Kazutora.

Percakapan keduanya berhenti ketika telah sampai di pertigaan, (Name) mengucapkan terimakasih pada Kazutora yang telah mentraktir dirinya. Kazutora kemudian pamit pergi meninggalkan (Name), pemuda itu melambaikan tangannya. Saat akan melangkah, tiba-tiba seseorang menubruk (Name) dari depan. Dirinya membungkuk minta maaf.

"Maaf Darling, kau tak apa?"

Iris obsidiannya bertemu dengan wanita yang sudah beberapa hari tak menampakkan batang hidungnya di kedai, wanita yang senang sekali mengusilinya.

That... | BONTEN X Reader  (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang