20. Home

597 64 6
                                    


Ayase lega kembalinya (Name), demikian (Name) karena telah bertemu ayahnya juga dirinya di rumah.

"Benar mereka tak melakukan apapun padamu, (Name)?",

"Benar ayah",

"Kau tak apa-apa?",

"Aku tak apa, ayah jangan khawatir"

Ayase gusar dan hal itu tak luput dari pandangan (Name), ia tahu seberapa panik ayahnya. 'Semua akan baik-baik saja.'

Kedai kini ramai dikunjungi pengunjung banyak orang mengantri di pagi hari, tidak seperti biasanya. Kakinya telah melangkah kesana kemari, tangannya memegang nampan. Rambutnya yang di kuncir kuda bergerak mengikuti langkah, (Name) kewalahan. Terdengar suara melengking terdengar dari arah pintu masuk,

"Selamat pagi~..." iris obsidiannya menangkap sosok wanita dengan pakaian pelayan berwarna putih. (Name) terdiam ditempat, wanita genit. Pikirnya. Kenapa ada disini?

Apa saja yang telah ia lewati selama ia tidak di kedai?

Lalu wanita berjalan ke arahnya, di meja kasir tepatnya. Sebuah pelukan hangat memeluk tubuhnya, "Halo Darling"

Pelukan itu terlepas, si wanita meletakkan tas miliknya juga menata dirinya agar serapi mungkin. Rambut cokelat gelapnya disanggul ala pramugari, wajahnya dirias senatural mungkin. Jangan lupa iris merahnya menatap ruang segala penjuru kedai lalu pergi membantu ayahnya di dapur membawa makanan pelanggan.

Jika benar dugaannya, wanita genit itu bekerja disini. Terhenyak dari apa yang dipikirkannya, (Name) menggelengkan kepala. Ia kembali fokus pada apa yang dikerjakannya.

Seorang laki-laki berjalan ke arahnya. Perawakannya tinggi, bersurai gray ash. Raut wajahnya kalem lebih nampak tak bersemangat, iris madunya teduh. Laki-laki itu mengambil alih kasir, (Name) yang belum paham menyingkir. Ia berlalu membantu Ayase di dapur mengantar makanan kepada pelanggan, bolak-balik mengantar pesanan bersama wanita genit. Membersihkan salah satu meja yang berantakan setelah ditinggalkan salah satu pelanggan.

(Name) segera berlari menuju wastafel mencuci piring, mengantar makanan dan seterusnya.

(Name) menopang dagunya pada meja dekat jendela, waktu menunjukkan pukul lima sore. Kedai telah sepi beberapa menit yang lalu, matanya menatap keluar. Di seka dahi berpeluhnya, tangannya mengipasi dirinya yang kepanasan.

Atensinya teralih ketika seorang wanita duduk di hadapannya dengan segelas jus jeruk, "Ku dengar kau menyukai jus jeruk" (Name) menatapnya sebentar lalu mengangguk berterimakasih. Wanita itu tersenyum-senyum.

"Aneh" lirih (Name) kala menatap wanita di depannya tersenyum. Wanita itu menautkan kedua alisnya, bibirnya mengerucut. Cemberut padanya, (Name) menandaskan minumannya.

"Aku mendengarnya lho...",

"Dia siapa?",

Alih (Name) memperhatikan seseorang dari tadi tanpa bertegur sapa, wanita itu mengikuti arah pandangnya. Ah... lelaki bersurai gray ash.

"Pegawai baru, sama sepertiku" ucapan wanita itu mengalihkan (Name) kala sepasang netra obsidian miliknya bertabrakan dengan si iris madu.

Seseorang yang di maksud berjalan menghampiri keduanya.

"Perkenalkan, namaku Benjiro Akemi. Aku pegawai baru disini, mohon bantuannya" Akemi membungkuk. Wanita tadi ikut berdiri, "Aku Hima Makaira, pegawai baru disini. Mohon bantuannya, Darling..."

(Name) membungkukkan badannya, "Namaku Harukawa (Name), semoga kita dapat bekerjasama"

Kecanggungan melanda, mungkin karena mereka baru berkenalan. (Name) berpikir, ayahnya benar-benar mempertimbangkan usulannya untuk menambah karyawan baru.

That... | BONTEN X Reader  (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang