Mata indah itu mengerjap dari lelap, berulang kali netra obsidian menyesuaikan cahaya. Melihat sekelilingnya, ia nampak asing dengan tempat yang baru di lihatnya. Kamar bernuansa putih gading dengan kasur serupa, di samping kanannya terdapat balkon. Lemari berwarna cream di bagian kiri, sejajar dengan pintu yang ia yakini pintu kamar. Di samping lemari terdapat sebuah pintu, (Name) menoleh kala pintu terbuka lebar menampilkan sosok Rindou disana."Kau sudah bangun?",
"Dimana ini?" bukannya menjawab (Name) balik bertanya. Rindou meletakkan makanan di rak sebelah kanan ranjang, "Mansion kami" (Name) mengernyit. Mansion?
"Makanlah" (Name) menatap makanan itu sejenak, tak yakin bahwa bisa saja di dalamnya terdapat racun. "Tak ada racun" ucap Rindou karena (Name) tak kunjung menyentuh makanannya. Bermaksud memberi ruang Rindou pergi dari sana.
"Siapa yang membawa-..."
Lelaki itu sudah menghilang di balik pintu, entah mendengar ucapannya atau tidak. (Name) menghela napas dirinya ingin keluar kamar menyusul, namun ia menyadari bila masih memakai pakaian kemarin.
Diingat-ingatnya kejadian kemarin, bertemu Ran, mendapat pesan Takeomi. Keesokannya bertemu dengan Sanzu Haruchiyo, tunggu... Sanzu Haruchiyo?
Ia ingat sekarang, lelaki itu yang tiba-tiba menyerangnya hingga pingsan. (Name) melihat kakinya di perban akibat goresan katana. Urrgh... lelaki menyebalkan. Di tatapnya makanan dari Rindou, ia lapar.
'Kruyuuk'
Baiklah ia akan sarapan sekarang, tenggorokannya yang kering kini terasa lega. Kakinya berdenyut saat (Name) berdiri, menyulitkannya untuk berjalan ke arah pintu yang berhadapan dengan lemari. Cukup terkejut karena di balik pintu sebuah kamar mandi yang cukup luas nampak. Terdapat bath up, toilet duduk, keran shower di batasi dinding kaca juga peralatan lengkap mandi lainnya.
Ia menemukan beberapa pakaian di dalam lemari, terdapat dress selutut juga beberapa kaos polos oversize dan celana panjang. Pilihannya jatuh pada kaos dan celana.
(Name) tampak lebih segar, ia ingin keluar dari kamar. Dirinya justru dibuat pusing dengan banyaknya ruangan juga pria-pria berpakaian hitam yang (Name) tebak adalah pengawal di bawah sana serasa membuatnya mengurungkan diri untuk pergi. (Name) berjalan santai tanpa memperhatikan di bawah sana. Ruangan yang di tempati olehnya terletak di lantai dua, dan kini kakinya terasa nyut-nyutan.
Sebuah siluet seseorang duduk di ujung koridor, dirinya mendapati Sanzu dengan mata yang terpejam. (Name) ingin meminta penjelasan alasan lelaki tersebut karena memukulnya kemarin, seketika ia berhenti (Name) menyadari wajah lelaki itu babak belur.
Dirinya berbalik arah kembali ke kamarnya mencari kotak P3K, tak ada. Hanya ada cairan antiseptik, bergegas ia menuju Sanzu.
Kini handuk dan sebaskom air hangat yang sudah di isi antiseptik di tangannya. (Name) meringis melihat keadaan Sanzu, wajah babak belur, jas kemeja serta vest yang tidak rapi, rambut kusut. Sepertinya habis di hajar.
Dengan hati-hati ia membersihkan wajah Sanzu, ia duduk di samping pemuda itu. Wajah Sanzu penuh lebam terdapat pula percikan darah mengenai sisi wajahnya, telinganya pun membiru.
(Name) heran, kenapa laki-laki sepertinya memiliki bulu mata lentik seperti perempuan. Di balik mata yang tertutup ini menyimpan iris sebiru lautan, serasi sekali. Lantas kenapa dirinya memiliki bekas luka di sudut bibir?
Fokusnya buyar kala tangannya di cengkeram oleh lengan bertato hanafuda, menabrak netra obsidian dengan iris biru menatapnya tajam.
"Sedang apa kau?",
"Membersihkan wajahmu" Sanzu terdiam, di liriknya tangan (Name) yang memegang kain basah. Aroma cairan antiseptik tercium olehnya. Meski tenang hatinya berdisko ria takut kalau-kalau mendapat serangan dari Sanzu karena berani menyentuh wajahnya tanpa izin.
KAMU SEDANG MEMBACA
That... | BONTEN X Reader (On Going)
RomancePertemuannya dengan preman yang berakhir baku hantam mengakibatkan ia menjadi incaran Bonten. "Harukawa (Name)" "Bergabunglah bersama kami." Tokyo Revengers @KenWakui Penulis meminjam tokoh-tokohnya.