Detik jarum jam berdentang, kamar dengan jendela terbuka menghantarkan sepoi angin berhembus. Tangan ramping itu dengan luwes menata pakaian yang baru saja di keluarkan dari koper ke lemari.Diambilnya beberapa lembar uang dari dompet, menampilkan foto masa kecilnya.
Meregangkan otot-otot tubuhnya, jadwalnya hari ini adalah beristirahat seharian. Bukan karena malas gerak, tetapi ia baru saja sampai di Roppongi. Gadis itu baru sampai di sebuah penginapan, tidak terlalu jauh dengan pusat kota Roppongi.
Alasannya berada di Roppongi bukan tanpa alasan, (Name) melihat sebuah informasi lomba foto. Dan dirinya akan memotret festival nanti sebagai tema foto.
Dalam pelukannya beberapa minuman serta cemilan menemani akhir pagi menuju siang hari, sebuah buku keluar mencuat dari dalam tas miliknya. Buku yang telah lama tak dibaca olehnya. Seakan ingin menghabiskan waktu, (Name) meraih buku tersebut dan mencari tempat duduk nyaman untuk membaca.
Detik berganti menit berikutnya, hingga matahari perlahan menenggelamkan diri. Cahaya senja nampak menembus jendela kaca, buku yang dibacanya kini usai di baca.
Ponselnya berdering, nama Hana tertera disana. "Halo Hana-chan",
"Halo (Name)-chan, apa kabar?",
"Baik. Bagaimana kabarmu?",
"Aku baik. Sudah di Roppongi?",
"Sudah" tangan kanannya meraih gelas, lalu menuangkan air putih. Berjalan menuju balkon penginapan lima lantai tersebut, memandangi langit malam.
"Kapan kau akan pulang Hana-chan?" gadis di seberang telepon terkekeh kecil, heran dengan sahabatnya. "Aku masih lama disini",
"Hufft... aku sudah rindu, padahal aku ingin sekali bepergian denganmu",
"Hahaha... tunggu ya. Kau bisa menghubungiku bila rindu, kekeke. Aku tutup telepon, hati-hati disana",
"Baik. Kau juga Hana-chan",
"Pasti"
'Tuutt'
Panggilan terputus, dan (Name) bersiap tidur setelah mematikan lampu.
Pagi telah tiba, angin segar memasuki kamar di lantai tiga ketika pintu geser terbuka. Surai hitam panjang yang semula diikat kini tergerai, uap panas dari gelas kaca ditambah suasana pagi yang tenang. Helaan nafas terdengar pelan.
(Name) bersiap memulai hari, menjelajahi setiap jalanan yang akan dilewati. Berbekal kamera digital, dan tas punggung. Celana hitam selutut, kaos putih serta jaket biru oversize nampak pas di tubuhnya. Setiap ia menemukan objek yang menarik (Name) memotretnya, seorang perempuan dengan anak kecil laki-laki berkisar usia lima tahun di gendongannya bersamaan itu pula laki-laki dewasa menghampiri keduanya.
'Ckriik'
(Name) berlalu dari sana mencari tempat lain, dan mencari momen tepat. Tak jarang pula candid. Hingga saat yang ditunggu tiba, festival dimulai. Pawai kostum oleh orang-orang yang ikut serta di dalamnya, meski terik namun tak mengurungkan antusias para penonton termasuk dirinya.
Dari matahari bersinar hingga akan kembali ke peradaban, (Name) masih senantiasa disana. Duduk di salah satu kursi restauran di luar sembari melihat hasil jepretannya, sesekali menyesap coklat hangat sebagai penetralisir lelah hari ini. Berpindah tempat dari satu ke tempat lainnya, belum lagi berdesakan dengan orang-orang. Cukup menguras energinya, dan sekarang kakinya terasa pegal-pegal. Rasanya ia ingin cepat-cepat kembali ke penginapan dan merasakan air hangat.
"Hei!!!"
Kejadiannya berlalu cepat saat (Name) mengarahkan kameranya pada bangunan tinggi di seberang jalan, lalu tiba-tiba seseorang mengambil kamera dari tangannya. (Name) berlari mengejar.
KAMU SEDANG MEMBACA
That... | BONTEN X Reader (On Going)
RomancePertemuannya dengan preman yang berakhir baku hantam mengakibatkan ia menjadi incaran Bonten. "Harukawa (Name)" "Bergabunglah bersama kami." Tokyo Revengers @KenWakui Penulis meminjam tokoh-tokohnya.