Rambut diikat hair bun, celemek merah muda melekat di tubuh rampingnya. (Name) tengah menyiapkan makan malam, tangannya meletakkan makanan dengan hati-hati. Selepasnya gadis itu membersihkan peralatan memasak, mencucinya di wastafel dapur. Senja telah menampakkan diri, bertepatan pula dirinya menghidangkan masakan. Ayam goreng, udang goreng tepung, dan cap cai terlihat mengundang selera.(Name) kembali ke kamar, melepas ikatan rambut dan membiarkan surai hitamnya tergerai bebas. Bekas hair bun membuatnya bergelombang indah, menambah daya tarik wajahnya. Wajah yang dulu terlihat manis kini menjadi karismatik namun halus, ditambah guratan senyum lembut. Iris obsidian yang tajam memancar binar kala menampilkan raut sumringah. Usia dua puluh tiga tahun tengah menampilkan sisi terbaiknya.
(Name) segera membersihkan diri setelah berkutat di dapur. Seusai mandi, ia merapikan ranjang. Menatanya sebelum kembali menuju dapur, setelan kaus dan celana abu-abu panjang menjadi pilihan.
Beberapa orang sudah masuk terlebih dahulu, wajah-wajah yang tak asing ia temui kembali. Ia bersitatap lagi.
(Name) berjalan menghampiri seseorang yang memegang sepiring besar berisi ayam goreng buatannya, ia mengambil alih. Orang tadi celingukan mendapati piring yang di pegang sekarang telah berpindah tangan.
"Kembalikan" (Name) tak menyahut, dirinya memandang piring si lelaki. Lima potong ayam goreng dengan tiga udang ukuran besar, tanpa sayur. Dan lelaki ini masih ingin menambah porsi udangnya.
"Kau sudah mengambil banyak, Sanzu-san" Sanzu merengut, lelaki itu memasuki mode ngambek. "Ambil sayur",
"Siapa yang kau suruh, hah?!" garis imajiner terpampang di kepala, (Name) menghela napas. Lelaki ini sedang memancing kesabaran, perlu ucapan dan nada halus untuk meluluhkan. "Makananmu belum seimbang bila tak ada sayur, Sanzu-san",
"Terserah" tanpa ba-bi-bu, (Name) meletakkan semangkuk cap cai pada Sanzu. Entah dia mau memakannya atau tidak.
"Eww... aku bukan kambing" ujar Sanzu, (Name) dibuat sabar olehnya. Tidak ingin mengambil pusing, toh.. Sanzu yang mengambil resiko. Semoga saja setelah menambah udang lagi lelaki itu tak darting, alias darah tinggi.
Semua makan dengan khidmat, diikuti suara Ran dan Sanzu. Apa lagi kalau bukan mengganggu Rindou, Takeomi sendiri sudah pasrah akan kelakuan sulung Haitani dan Sanzu. Tanpa sengaja netra obsidiannya beradu dengan iris lavender. (Name) menghindari tatapan tersebut, dan mengalihkan pandangan ke arah lain. Dirinya baru menyadari bila sedari tadi tak ada Kakucho, biasanya laki-laki heterochromia itu terlebih dulu memasuki dapur ketimbang yang lain. Mungkin sedang mendapat tugas, batinnya.
*****
Dalam keheningan malam, udara dingin menggelitik kulit. Namun tak membuat Mikey merasa gigil, ia berdiri di taman belakang yang sepi. Kaos putih oversize dan celana hitam panjang, membuatnya terlihat kecil dan imut. Berbeda terbalik dengan aura yang dikeluarkan, gelap dan berbahaya. Terdengar langkah kaki mendekat.
"Selamat malam Manjirou" Mikey tak bergeming, kedua tangannya ia masukkan dalam saku celana. Seseorang itu berdiri bersebelahan dengannya, seorang perempuan cantik.
"Apa kabar?"
"Aku datang kemari untuk mampir sebentar" Mikey masih bungkam, tak ada tanda-tanda menjawab. Dan bungkamnya cukup menarik perempuan cantik ini ingin menggoda. "Tak usah berbasa-basi, tentang perempuan itu..."
"... aku akan mengambilnya" asap rokok berhembus mengenai wajah Mikey, perempuan ini sengaja meniupnya. Jari-jari lentik dan panjang itu meraih sisi kanan wajah Mikey, mempertemukan dua wajah yang saling berhadapan. Yang satu menatap dengan kedipan mata, sedangkan satunya menatap tak minat. Perempuan itu meninggalkan kecupan ringan di pipi Mikey, meninggalkan bekas lipstik merah. Ia tersenyum, telunjuknya menyentuh ujung bibir lelaki Sano. Wajah cantik itu menjauh, akan berakibat fatal bila dirinya bertindak lebih.
KAMU SEDANG MEMBACA
That... | BONTEN X Reader (On Going)
RomancePertemuannya dengan preman yang berakhir baku hantam mengakibatkan ia menjadi incaran Bonten. "Harukawa (Name)" "Bergabunglah bersama kami." Tokyo Revengers @KenWakui Penulis meminjam tokoh-tokohnya.