Di ruangan serba mewah, duduklah para petinggi dengan sajian pandangan menyuguhkan mata. Sofa empuk, meja biliar, juga beberapa minuman keras. Anggota Bonten sedang bersantai minus kehadiran Sanzu Haruchiyo dan Haitani Rindou yang melaksanakan 'tugas'.
Sebuah pertanyaan meluncur dari Mochi, "Mikey apa alasanmu merekrut gadis itu?",
"Ayase mengundurkan diri" Takeomi selaku penasihat berujar, bibirnya melambungkan asap rokok. "Sejak kapan?",
"Terakhir Kakucho membawa kopi dari kedai Ayase bersama Koko, dia berhenti",
"Lalu apa hubungannya?" tanya Mochi. Suasana menjadi hening, kipas langit-langit terasa lambat. Mochi menyadari, "Jangan bilang dia sebagai tawanan?"
Tak ada yang bersuara sekalipun Mikey sebagai ketua, ia bahkan asyik mengunyah Taiyaki. Entah ke berapa. Ujaran Mochi memang benar adanya.
"Entah bagaimana tapi menurutku itu tidak perlu, dia memiliki putri. Akan sangat merepotkan bila sewaktu-waktu gadis itu bisa kabur",
"Akan lebih merepotkan lagi bila ia membocorkan informasi" Ran mendengus, gadis itu bisa merepotkan tetapi akan lebih repot bila ayahnya bisa saja membocorkan informasi.
"Tidak"
Semua terpaku pada pemuda bersurai putih, Mikey yang tak lagi mengunyah makanannya baru saja berujar.
"Kalian tahu seperti apa Ayase" benar, mereka tahu Ayase. Seorang yang loyal, baik juga tegas. Bagi mereka Ayase sudah seperti bagian keluarga, anggap saja ayah kedua setelah Takeomi. Itu anggapan Kokonoi. Ia mengayomi seluruh anggota, tak segan untuk menanyakan apa mereka baik-baik saja.
Singkatnya, Ayase terjebak dalam lingkaran hitam Bonten. Ia yang awalnya seorang pekerja kantoran memutuskan resign agar dapat bertemu putri semata wayangnya setiap saat.
Lalu saat ia memiliki tabungan yang cukup, Ayase membeli sebuah bangunan kecil di ujung Kota Shibuya yang tak jauh dari rumahnya. Membangun kedai kecil, dengan letak cukup strategis sebagai lapak jualan.
Dari bangunan itulah dirinya bertemu Kokonoi yang sebenarnya adalah pemilik bangunan tersebut. Koko sendiri tak menyangka bahwa ada yang tertarik dengan salah satu properti miliknya bahkan ia sendiri tak yakin bangunan kecilnya akan diminati, lalu Ayase mengubahnya menjadi kedai. Koko yang mengetahuinya justru berpura-pura sebagai pembeli.
Atas informasi dari anak buah Koko, lelaki tersebut terkenal akan ramah dan hangatnya pada setiap pengunjung. Informasi tambahan lainnya ia telah memiliki seorang istri dan anak perempuan, namun istrinya telah meninggal. Kini dirinya menjadi single parent untuk putri semata wayangnya, yaitu Harukawa (Name) yang tinggal bersama neneknya semasa sekolah.
Di balik obrolan singkat tadi, si sulung Haitani sedikit resah. Rin belum menunjukkan batang hidungnya, biasanya si bungsu itu sudah menghampirinya dahulu. Tak ada notif pesan di ponselnya, kemana anak itu?
Suara langkah kaki bergema di dinding lorong, ketukan tenang bunyi sepatu beradu dengan lantai marmer. Langkah teratur berhenti, iris orchid lelah namun berkharisma itu menatap siluet yang menarik perhatiannya. Bunyi gesekan benda terdengar mengikuti pemilik siluet. Nampak Sanzu Haruchiyo tengah memasukkan katana miliknya, pakaiannya lusuh dan terdapat percikan darah. Wajahnya tak luput dari percikan.
Sanzu membawa katana kesayangan miliknya, dirinya baru saja memberi 'peringatan' pada anak buahnya. Tak perlu di jelaskan, karena Sanzu tipe orang liar.
Matanya menangkap sosok berjas hijau pudar, kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celana. Keduanya saling beradu pandang, "Anak ayam sedang tersesat" seringaian menjengkelkan Sanzu membuat orang di seberangnya mendecih, Rin tengah malas meladeni.
KAMU SEDANG MEMBACA
That... | BONTEN X Reader (On Going)
RomancePertemuannya dengan preman yang berakhir baku hantam mengakibatkan ia menjadi incaran Bonten. "Harukawa (Name)" "Bergabunglah bersama kami." Tokyo Revengers @KenWakui Penulis meminjam tokoh-tokohnya.