30. Oyasuminasai

254 17 0
                                    


Di sebuah ruangan yang tidak diketahui, terlihat dua sosok laki-laki. Sang partner sibuk membaca kertas yang baru saja diberi oleh pelayan, sesekali bibirnya menyeruput kopi hitam. Hanma mengernyitkan sebelah alis. "Akan ada pelelangan, kita diundang. Apa kau ingin ikut Kisaki?"

Kisaki tak bergeming, ia menandaskan satu cangkir penuh whisky. Matanya sedikit terpejam, merasakan gejolak hangat di tenggorokan akibat minuman keras tersebut. Ya... akan ada acara pelelangan, namun bukan pelelangan biasa. "Aku tidak tertarik, dan kudengar pelelangan ini mendadak. Kualitasnya perlu ditanyakan. Kau ingin ikut?"

"Aku sarankan tidak, tidak menarik",

"Hmm"

Mungkin Hanma mengatakan tidak menarik, lain lagi bila Kisaki. Ia terlihat tak berminat, namun akhir-akhir ini dirinya merasa bosan. Jengah dengan urusan, apalagi sekarang pikirannya dipenuhi oleh sorang gadis yang pernah datang ke gedungnya. Gadis pengantar makanan, dengan senyum manis rupawan. Ah... dia tengah merindu. Sepertinya butuh hiburan. Tanpa Hanma, ia berniat hadir. Selagi diundang kenapa menolak, Kisaki akan mencari bagian 'tidak menarik' dari Hanma.

*****

(Name) berkutat dengan bahan-bahan di dapur, mengecek selagi sebelum pulang. Di benaknya terngiang kejadian beberapa hari yang lalu saat di pantai, ingatan itu terus menghadirkan rasa tidak percaya. Bagaimana laki-laki bertato naga menciumnya, tak ada angin tak ada hujan. Langit malam terlalu cerah untuk mengundang mendung sepersekian detik menjadi rintik air. Lelaki berambut purple jellyfish mendekat dan meninggalkan jejak labium di pipi kanan. Hal tak terduga terjadi begitu saja, ia bahkan lupa bagaimana bergerak. Tak lama kemudian ia menatap iris lavender yang sama menatapnya, (Name) mendorong Rindou. Reaksi canggung dari keduanya berakhir dengan (Name) yang pergi meninggalkan pantai, sedang Rindou menatap punggungnya yang semakin jauh.

Hal itu membuatnya tidak fokus, berulangkali (Name) mengetuk dahinya. Hingga tanpa sadar bibir itu mengucap kata-kata serupa jampi, menghalau pikirannya sendiri. (Name) melepas apron yang dipakai, membawa tas dan menuju sang ayah yang telah menunggu di luar.

Setibanya di rumah, Ayase melupakan dompetnya yang tertinggal di laci kasir. Kemudian ia kembali ke kedai, dompet berwarna cokelat tua dengan foto mereka bertiga. Segera ia masukkan kedalam saku celana. Suasana dalam kedai yang sedikit remang disinari bulan memasuki melalui celah jendela membuatnya tak menyadari adanya beberapa siluet yang berpencar di dalamnya.

Setelah membersihkan diri, (Name) membuka portal berita di media sosial. Tak butuh waktu lama untuk mandi, segera tangannya menggeser layar ponsel. Kebanyakan berisi adanya geng motor meresahkan, seperti melakukan pembegalan juga perampasan. Lalu bergulir selanjutnya, adanya penculikan anak-anak di bawah umur yang marak terjadi. Sebagian berita tersebut juga menampilkan gagalnya penculikan yang akhirnya terendus kepolisian.

(Name) melegakan diri, bersyukur bahwa para korban dapat diselamatkan dari tindak kejahatan. Ia melihat waktu di ponsel, malam semakin larut namun sang ayah belum kunjung kembali.

Dirinya beranjak dari ranjang, entah kenapa ia berpikir untuk jalan-jalan. Tanpa berpikir panjang, (Name) mengunci pintu. Mulai berjalan di sekitar komplek. Lalu tak lama sebuah mobil van berwarna hitam melaju, terpikirkan oleh (Name) dirinya ingin menyusul sang ayah. Ia kembali melanjutkan perjalanan.

Tinggal satu tikungan lagi dirinya tiba di kedai Sunkist, suasana sepi dan udara dingin ditambah pencahayaan dari lampu jalan membuat gadis itu merapatkan jaketnya. Horor sekali. Batinnya.

Banyak toko yang telah tutup, menyisakan lampu teras menyala. Tinggal beberapa meter lagi (Name) sampai di kedai. Ia melihat mobil yang sama persis dilihatnya tadi terparkir di depan kedai, sesaat (Name) diam di tempat. Apa mobil pengantar bahan datang? Bukankah ayah belum memesan lagi? Jikalau datang pun pihak pengirim memberi info terlebih dahulu, dan datangnya setiap pagi. Paling lambat jam lima sore.

That... | BONTEN X Reader  (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang