[REPOST WATTPAD 2015]
Sinar matahari masuk melalui celah celah tirai jendela kamar Rezky. Bunyi alarm dari ponsel Levina berbunyi cukup keras membangunkannya. Dia merasakan sedikit kebas dilengannya karna tertindih guling kerasnya yang baru, tubuh Rezky.
Dipandangnya Rezky lekat-lekat hingga pikiran Levina menerawang kembali ke masa lalu. Ayah Rezky berteman baik dengan almarhum ayah Levina saat mereka duduk di bangku perkuliahan. Rezky dan Levina bertemu saat Levina mengunjungi rumah Rezky saat perarayaan Ulang tahun Rezky ke delapan.
Teman-teman Rezky tidak ada yang hadir di ulangtahun Rezky, karna notabene Rezky pembuat onar. Melihat Rezky yang bersedih, ayah Rezky menghubungi ayah Levina agar Levina datang ke ulangtahun Rezky. Pertama kali Rezky bertemu Levina --yang ketika itu berumur enam tahun--ia mendapatkan kado terbaiknya dan saat itu juga mereka bersahabat.
Tahun berganti tahun. Saling menyentuh, berpelukan, bergandengan atau saling mengecup kening atau pipi bukan hal tabu dalam persahabatan mereka.
Levina sudah sangat sering menginap bersama Rezky begitu pula sebaliknya. Mereka tidak pernah canggung satu tempat tidur bahkan berpelukan di dalam tidur pun tidak masalah. Tidur bersama, tidak lebih. Levina justru heran tidurnya selalu nyenyak jika ia bersama Rezky.
Dering alarm kembali membawa kesadaran Levina, ia langsung beranjak dari tempat tidur meraih handphonenya lalu mematikan alarm. Sebagai ucapan terimakasih telah menumpang, Levina berinisyatif untuk membuatkan Rezky sarapan. Ia lalu menarik selimut sampai menutupi bahu telanjang Rezky dan mengecup lembut keningnya. Melangkah ke kamar mandi menggosok gigi dan mengikat rambut panjang sebahunya asal. Levina berjingjit ke luar kamar Rezky menutup pintunya sepelan mungkin.
•••
Apartemen Rezky cukup luas dengan untuk tempat tinggal seorang bujangan 2 kamar tidur, dapur, ruang tv. Satu kamar tidur sudah Rezky sulap menjadi ruang kerja sekaligus perpustakaan kecilnya. Seluruh apartmen ini didominasi warna hitam dan putih yang terkesan maskulin.
Levina membuka kulkas. Menghela nafas panjang yang ia dapati hanya setengah lusin botol bir, kotak sereal, beberapa butir telur. Dara cantik itu menggerutu mendapati tanggal kadaluarsa di kotak susu dua bulan lalu. Menengok ke bagian bawah ada wortel yang sudah mengkerut, entah sudah berapa lama disimpan hingga layu. Beralih ke freezer dirinya dibuat geleng kepala mengangkap sosis yang sudah menyatu dengan kembang es.
"Bagaimana bisa dia bertahan hidup dengan sampah di kulkasnya," gerutu Levina.
Akhirnya Levina memasak english breakfast sedanya dan membuat orange juice. Levina sudah selesai membuat scramble egg favorit Rezky. Saat Levina memanggang sosis, tiba-tiba lengan kokoh Rezky melingkar di perutnya, menyimpan dagu di bahu Levina.
"Rez, kamu udah bangun?" Tanya Levina. Tangannya yang bebas bergerak kebelakang untuk mengelus rambut Rezky. Gerakan jari-jari halus Levina di rambut Rezky, membuat Rezky relaks.
"Hmm." Hanya terdengar suara geraman dari belakang tubuh Levina. Walau tak melihat langsung, ia yakin Rezky masih memejamkan mata. Dasar manja!
"Aku berisik ya sampe bangunin kamu?" Levina menoleh ke kanan cari mata Rezky yang masih tertutup. Tak mendapat respon, Levina kembali berkonsentrasi memanggang sosis dengan membolak balikannya. Sementara Rezky sudah membuka matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PROMISES (SERIES 1)
Romance"Jadi aku sama kamu temenan sampe kakek nenek. Aku sama kamu gak akan pacalan. Aku juga gak akan cium orang lain selain papah, mamah dan kamu. Janji?" "I..iy.. Iya janji. Janji pelaut" Levina Estara Putri dan Rezky Barata Harus mulai...