4. Day 2

45.5K 2.4K 56
                                    

[REPOST WATTPAD 2015]
W rasa cerita ini alay gitu wkwk. Maapin ya:")

Semalam, setelah permintaan maaf dari Rezky bertubi-tubi tidak ditanggapi oleh Levina. Akhirnya Levina tidur memunggungi Rezky diujung tempat tidur, sedikit saja Levina bergerak ia akan jatuh dari ranjang empuk Rezky. Saat Rezky memeluknya ia menghindar.

Seperti hari sebelumnya Levina bangun terlebih dahulu. Ralat. Ia tidak tidur semalaman. Dadanya bergemuruh begitu kesal pada Rezky. Entah mengapa membayangkan Rezky yang terbungkus karet lateks pada salah seseorang wanita dimuka bumi membuat dirinya geram.

Sebenarnya apa haknya? Dia tidak seharusnya marah, ya kan? Levina hanya sahabat Rezky tidak lebih. Tidak Lebih.

Harusnya dia sudah biasa, lagipula Rezky memang sering melakukannya dengan wanita-wanita di luar sana. Dia tahu benar fakta itu. Tapi mengapa ia makin sedih karna bukan dia salah satu wanita itu.

Levina menyingkap selimut berjalan ke kamar mandi lalu mencuci muka dan menggosok gigi. Tangannya meraih resleting koper, mengeluarkan jeans dan kaos santai. Kemarin ia belum sempat membongkar isi kopernya dan setelah kejadian 'penemuan kondom bekas' ia tidak berniat membongkarnya.

Hendak ia keluar dari kamar Rezky, melewati Rezky yang tertidur dia gatal ingin mencium kening Rezky tapi kali ini ia hanya menaikan selimut Rezky. Levina berjalan ke dapur dan bereksperimen dengan bahan makanan yang telah ia beli kemarin.

•••

Rezky terbangun mendapati ranjangnya kosong. Dia melirik jam 07:00 pasti Levina sudah bangun. Tidurnya tidak nyenyak seperti kemarin. Semalaman Rezky risau dengan aksi diam Levina. Dia sudah meminta maaf ratusan kali kepada Levina.

Hati Rezky makin teriris saat selamam ia mencoba memeluk Levina tapi ia menghindar dan memilih tidur diujung ranjangnya.

Dia lebih baik mendengar Levina mencaci makinya dibanding harus melihat Levina terdiam sepanjang malam dan tidur memunggungi Rezky. Levina bukanlah wanita lemah, ia wanita tangguh. Dulu jika dirinya atau Raka mengerjai Levina, tak segan-segan Levina akan berontak dan memukul Rezky atau Raka. Begitu pula saat SMA Levina sering sekali di bully karena terlalu dekat dengan Rezky yang terkenal dengan ketampanannya, bukannya ia menangis atau terusik. Ia malah keluar dengan kemenangan membully balik sang pembully. Sementara sikap diam Levina merupakan indikasi bahwa tindakannya sudah melebihi batas amarah Levina, ini lebih parah dibandingkan dengan omelan atau pukulan-pukulan Levina.

Rezky tidak kuat bertengkar lama-lama dengan Levina. Dia sudah rindu rasa kulit Levina di bibirnya. Dicarinya Levina ke setiap sudut kamarnya namun nihil. Keluar kamar hanya menenakan boxer mencari Levina ke dapur.

Betapa paniknya dia tidak menemukan Levina disana hanya ada English Breakfast dan orange juice yang mulai dingin. Panik menyerangnya. Ia takut Levina memutuskan untuk pergi ke kondominium Raka. Nafsu makannya menguap begitu saja, tanganya menyingkirkan piring di depannya. Alhasil pecahan piring berserakan di atas lantai.

Ia berjalan ke kamarnya tidak sengaja jempol kaki kanannya menginjak pecahan kecil kaca. Darah mulai keluar dari jari kakinya. Tapi Rezky tidak peduli.

Ia mencari sesuatu di kamarnya, koper.

Dia buka koper Levina dan ia bernafas lega baju Levina masih ada di dalam kopernya menandakan sang pujaan belum pergi.

•••

Levina masuk ke aparement Rezky setelah mengabiskan capuccino di coffee shop bawah, moodnya sudah sedikit membaik. Ia sudah berfikir dengan kehadirannya di apartemen Rezky sama dengan menganggu 'aktivitas biologis' sahabatnya. Levina berjalan ke arah dapur untuk mengambil minum betapa kagetnya ia melihat bercak darah di lantai.

PROMISES (SERIES 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang