5. Day 3

44.9K 2.2K 45
                                    

[REPOST WATTPAD 2015]
ALLERT! Bab ini bakalan cheesy abis, maklum romansa 2015, jadul enyoi githu!

"Hey hey. Rezky, stop!" Levina mencoba menangkap jari Rezky yang menusuk-nusuk pipinya. Masih dengan mata terpejam, hidung Levina bisa mencium wangi aftershave bercampur dengan shampo pria. Tandanya hari sudah siang karna Rezky selalu mandi diatas pukul enam tiga puluh.

"Wake up, Lev," bisik Rezky di telinganya. Sementara tangan Rezky mencubit pipi Levina.

Levina menarik selimut ke atas kepalanya sambil merengek, "Give me 5 minutes, please."

Rezky menarik selimutnya ke bawah. "Kamu harus bangun sekarang, Levie. Come on."

"No, 5 minutes. Just 5 minutes." Levina mulai merengek terus mengeliat membungkus dirinya sendiri dengan selimut.

Levina merasakan ranjang bergerak mendesah lega ia bisa tidur sedikit lebih lama karna Rezky menyerah. Tapi sekuanya sirna saat selimut yang menutupi tubuh Levina menghilang. Belum sadar sepenuhnya, Rezky menarik kedua kaki Levina dari kasur hingga kaki Levina menggantung di pinggir ranjang.

"God! What are you doing!!" teriak Levina.

Terdengar lengkingan tawa Rezky di seluruh kamar. Mata Levina langsung terbuka lebar kedua tanganya terlentang sambil mengcengkam sprei.

Kaus Levina terangkat sampai dadanya akibat ulah Rezky menampakan sedikit gundukan payudaranya, sedikit saja Levina bergerak akan memperlihatkan puncak payudaranya. Rezky yang berdiri di ujung kasur melihat kebawah ke arah Levina, tawanya langsung hilang digantikan rasa haus akan rasa Levina.

Hanya hitungan detik kaki Rezky merangkak diatas Levina, ia tak bisa mengontrol dirinya untuk tidak mengecup bibir kering Levina.
Sejak kemarin, rasa Levina merupakan candu untuk Rezky, seperti pecandu menemukan segudang heroin. Rezky menginginkan Levina teramat sangat. Tapi dia bukan lelaki brengsek yang akan memaksa Levina. Gerakannya terhenti hanya beberapa senti didepan bibir dara cantiknya.

Sekilas ia ingat percakapan antara dirinya, Levina dan Raka tadi malam di meja makan, Levina hanya menganggapnya sebagai sahabatnya, tidak lebih. Pikirannya berkelana saat janji yang ia buat tujuh belas tahun lalu. Perih menyerang dada Rezky.

Gairah yang menggebu telah terkalahkan oleh akal sehatnya. Rezky menarik dirinya dari Levina.  Sentuhan bibir itu tak terjadi.

Seketika Levina bingung saat Rezky menarik diri, dipandangnya wajah Rezky. Yang Levina dapatkan adalah mata Rezky yang balik menatap Levina dalam tapi dengan pandangan yang sulit Levina artikan, pandangan seperti menahan rasa sakit.

Rezky memasang senyum palsu, ia lalu mengecup kening Levina lalu mengulurkan tangannya. "Come on! Kamu bakalan telat kelas, Lev."

"Jam berapa sekarang?" tanya Levina mengeliatkan tubuhnya.

Rezky mengeluarkan kepalanya dari walkin closet  dan menjawab, "Jam delapan kurang empat menit."

"HAH?! Kamu kenapa gak bangunin aku sih." Mata Levina membulat, rasa kantuknya tiba-tiba saja hilang. Levina terbirit birit berlari ke kamar mandi.

"Aku udah bangunin kamu dari sejam yang lalu, Levie."

Rezky tertawa melihat tingkah laku Levina yang sedang panik. Sepuluh menit kemudian Levina sudah siap pergi ke studio balet berjalan keluar dari kamar menuju dapur. Levina kaget yang dengan apa yang dia lihat. Ia menemukan kotak makan dengan sandwich di dalamnya. Senyumnya tak pudar bahkan setelah dirinya sampai di lobi memegang secarik post it.

To : white swan.

"Eat this. Tubuh kamu butuh energi untuk menari"

•••

PROMISES (SERIES 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang