"Jihyo Unnie..". Panggil seseorang.
Sedangkan gadis yang bernama Jihyo itu mengernyitkan keningnya dengan heran. Saat turun dari mobil, ia melihat seorang gadis yang baru saja memanggilnya sedang duduk di teras depan rumah. Jihyo menghampiri gadis itu. Duduk di sebelahnya, lalu menatap langit malam.
"Kenapa duduk di luar? Ini sudah malam." Gadis itu menoleh, menatap Jihyo dari samping.
"Hanya ingin saja."
"Insomnia lagi?". Jihyo melihat gadis itu mengangguk pelan.
"Apa yang sedang kau pikirkan, Dubu?"
Dirimu..
"Kau masih muda, pikirkan saja apa yang seharusnya kau pikirkan."
Kau yang membuatku memikirkanmu..
"Entahlah, Unnie." Dubu, Dahyun Park hanya menjawab acuh atas ucapan Jihyo.
Dahyun menggeser pelan tubuhnya, mengikis jarak di antara mereka, lalu menyandarkan kepalanya pada bahu Jihyo.
Nyaman.
"Bagaimana dengan harimu, Unnie?" Tanya Dahyun. Terdengar helaan nafas dari Jihyo.
"Seperti biasa. Membosankan."
"Aku selalu menanyakan hal yang sama, lalu berharap agar kau menjawab dengan hal yang berbeda. Tetapi, sama saja. Sebenarnya- apa yang menyenangkan bagimu, Unnie?"
"Tidak ada." Jihyo berucap dengan dingin. Memang selalu seperti itu, karenanya Dahyun sudah terbiasa dengan sikap Jihyo yang terlalu datar.
"Apa kau akan terus begini?"
"Sudah malam. Ayo, tidur!" Selalu seperti ini. Mengalihkan. Dahyun hanya bisa menghela nafas, lalu melihat kearah Jihyo yang sudah berdiri.
"Gendong!" Rengeknya, dengan kedua tangan yang merentang pada Jihyo. Tak ingin berlama, Jihyo segera memangku tubuh Dahyun dari depan, persis seperti bayi.
"Tidur di kamarku, ya?!" Dahyun berseru semangat dalam pangkuan Jihyo.
"Tidak."
"Ayolah.."
"Diam atau ku turunkan!" Dahyun hanya menghela nafas atas penolakan Jihyo. Padahal ia ingin sekali tidur dengan Jihyo, Kakaknya sendiri. Tetapi, itulah Jihyo. Terlalu menutup diri sendiri. Terhadap apapun dan siapapun.
•••••••
Pagi itu di kediaman keluarga Park, dengan Dahyun yang sudah siap untuk berangkat ke sekolah, menghampiri Appa dan Eomma-nya yang sudah berada di meja makan.
"Dimana Jihyo?" Dahyun melirik Appa-nya setelah menelan roti yang ia makan.
"Sebentar lagi turun."
Tak lama, Jihyo turun dengan pakaian khas kantornya. Kemeja putih dengan jas abu-abu, serta rambut coklatnya sebahunya yang sengaja di gerai. Jihyo menghampiri mereka lalu duduk di samping Dahyun.
Mereka makan dalam diam. Belum ada yang memulai percakapan sama sekali, sampai akhirnya Taecyeon, Appa Jihyo bicara.
"Appa tidak melihatmu di kantor kemarin, kau kemana, Ji?"
"Restoran." Jawab Jihyo, cuek.
"Kau tidak bisa seenaknya pergi dari tanggung jawabmu, Jihyo. Jangan terlalu mengkhawatirkan restoran, sudah ada Sana yang mengurusnya."