Vingt-trois

97 11 1
                                        

Langit sore yang tak begitu cerah. Mendung yang tak terlihat begitu pekat. Suasana yang cukup tenang untuk menghabiskan waktu yang senggang dengan Joohyun di teras balkon Apartemen.



Si Rambut Cokelat hanya diam menatap langit, dengan Joohyun yang sibuk dengan buku catatan kecil di tangannya.



"Bagaimana menurutmu tentang pernikahan, Joohyun?"



Jihyo bertanya. Dengan mata yang masih tak di alihkan dari langit sore, juga kepala yang begitu betah ia tumpahkan pada paha Joohyun yang terbuka.



Gadis kelinci selesai dengan catatannya. Dia kemudian menyimpan buku kecilnya di bawah untuk memilih fokus menjawab pertanyaan Jihyo.



"Aku pikir itu bagus. Bukankah semua orang menginginkannya?"



Dia menunduk dengan mengelus pipi Jihyo.



"Membangun keluarga kecil yang bahagia dengan seseorang yang kau cintai, bukankah impian semua orang? Kau, aku dan anak kita nanti."



Jihyo menatapnya dari bawah.



"Anak, ya.." Ucapnya pelan.



"Apa—kita akan bisa memiliki anak, Joohyun?"



Hatinya mencolos sakit. Bagaimana bisa mereka berdua mempunyai seorang anak? Sedangkan, mereka berdua sama-sama wanita. Itu sangat mustahil. Tapi jika mengadopsi seorang anak itu masih terlihat memungkinan. Apa mereka akan melakukan itu?



Joohyun menatap sendu pada Jihyo yang terlihat murung. Baginya, mungkin ini terdengar begitu menyakitkan.



Dia kemudian mengusap kepala Jihyo dengan pelan.



"Tentu saja. Kita bisa mengikuti program kehamilan nanti. Di zaman sekarang—semua sudah sangat mungkin bisa di lakukan, Brownie. Hanya saja—biaya dan pengorbanannya tidak sedikit. Tapi aku tidak khawatir, karena aku akan berkorban apapun untuk anak kita nanti. Lagi pula—kau kan sangat kaya, Brownie."



Dia mencoba menghiburnya. Jihyo tersenyum tipis. Ternyata, Joohyun sudah bisa berpikir sejauh itu. Sedikitnya ia bisa lega sekarang tentang gambaran masa depannya dengan Joohyun nanti.



"Jangan khawatir, Brownie."



Joohyun kembali mengusap kepalanya dengan pelan. Dia tidak tahu apa yang sedang Jihyo pikirkan sekarang. Memikirkan hal yang begitu mengganggu bukankah sebaiknya tidak perlu?



Dengan lembut, Joohyun membawa tangan Jihyo pada perutnya.



"Nanti, aku akan mengandung anak kita disini."



Joohyun tersenyum, begitu hangat sampai ia bisa menenangkan hati juga pikiran Jihyo yang begitu gaduh.



Sorot mata tajam itu terlihat bergetar. Bola matanya terlihat berkaca. Jihyo—sungguh terharu dengan apa yang Joohyun katakan.



"Benarkah, Joohyun?"



Jihyo menatapnya, tangannya masih berada pada perut rata milik Joohyun.



"Iya, Brownie. Aku akan mengandung anak kita disini. Dan aku—akan menjadi Ibu dari anak-anakmu nanti."



"Ibu? Lalu—siapa Ayahnya?"



Jihyo merengut. Tiba-tiba sedih. Bagaimana jika nanti anaknya kebingungan? Sedangkan Joohyun hanya terkekeh melihat tunangannya.



"Kau Ayahnya, Brownie."



Someone You LovedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang