"AWAS...!!"
Seorang penyeberang lain berteriak. Jihyo tersentak ketika ia baru menyadari jika mereka berdua masih berada di tengah jalan.
Dia menoleh cepat kearah kanan, di lihatnya sebuah mobil lain menuju kearah mereka berdua dengan kecepatan tinggi.
"BROWNIE...!!"
"JOOHYUN...!!"
Mereka berdua berteriak, Jihyo memeluk Joohyun dengan erat untuk mundur dan kembali menghindar. Tapi—.
Mata itu....
BRAKKK!
Pelukan mereka terlepas.
Ketika mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi itu berhasil menabrak tubuh mereka berdua. Dekapan Jihyo melemah, karena hantaman keras pada tubuhnya membuat mereka berdua jatuh terpisah.
Si Rambut Cokelat meringis, dia jatuh dalam keadaan telungkup dengan luka di pelipis sebelah kirinya yang cukup besar. Darah segar mengalir di antara wajah cantiknya. Matanya menatap aspal jalanan, pandangannya terlihat berputar dan juga kabur, kepalanya benar-benar terasa sakit. Nafasnya naik turun, Jihyo—benar-benar kesakitan.
"Joohyun..."
Lirihnya dengan pelan ketika ia merasakan rasa sakit pada tubuhnya.
Pandangannya yang masih terlihat kabur, menangkap bayangan seseorang yang berada tidak jauh di sekitarnya dalam keadaan yang sama. Dia menarik nafas berkali-kali. Ketika kesadarannya kembali, Jihyo beringsut bangun untuk menghampiri gadis itu.
Dia kembali meringis ketika merangkak untuk mendekat pada Joohyun. Di cengkeramnya kuat-kuat bagian rusuk sebelah kirinya ketika merasakan sakit yang luar biasa berdenyut.
"Joohyun..."
Jihyo memanggilnya pelan ketika ia sudah berada di dekatnya. Di lihatnya—gadis kelinci kesayangannya sedang menatapnya dengan keadaan tubuh yang telentang.
"Joohyun, hei—."
Jihyo membawa kepala gadis itu ke pangkuannya. Dia menepuk-nepuk pipinya pelan.
"Joohyun, kau dengar aku, 'kan?"
Dia masih berusaha membawa kesadaran Joohyun kembali. Tanpa ia sadari—air matanya mulai turun diam-diam.
"Joohyun—"
Jihyo masih menepuk pelan pipinya.
Mata kelinci itu masih terbuka, nafasnya masih terasa, dan detak jantungnya masih ada. Tapi, dia tidak bisa mengatakan sepatah kata apapun? Padahal jika di lihat di luar, dia tidak terluka sama sekali, berbeda dengan Jihyo. Joohyun—hanya bisa terdiam dengan menatap Jihyo dengan pandangan yang begitu—kosong.
"Joohyun, hei—kau mendengar ku? Tolong katakan sesuatu, hiks.."
Jihyo mulai panik ketika tidak mendapat respon apapun dari Joohyun.
"TOLONG PANGGILKAN AMBULAN.!!!"
Dia berteriak. Dadanya terasa sakit. Belum lagi dengan hatinya yang begitu terluka ketika melihat keadaan Joohyun.
"Joohyun, kau dengar aku, 'kan? Tolong, hiks.. Katakan sesuatu. Jangan hiks.. Membuatku khawatir, Joohyun."
Si Rambut Cokelat masih berusaha mencoba dengan kembali mengusap-usap pipi Joohyun yang mulai dingin.