Joy hanya bisa menemani sahabatnya dengan tatapan khawatir. Tidak biasanya sobat ambyarnya itu diam saja seperti ini. Sahabatnya itu—sedang sakit. Jika saja tidak ada ujian hari ini, mungkin Joohyun tidak akan pergi ke kampus.
"Ayo pulang, Joohyun."
Ajakan dari Joy itu membuat Joohyun mendongkak dengan membenarkan sedikit maskernya. Tentu saja, wajahnya masih di penuhi banyak luka lebam.
"Sebenarnya kau sakit apa sih? Dan lagi—ada apa dengan pelipismu?"
Joy tentu sangat penasaran. Bukan lagi, dia sering melihat Joohyun seperti ini. Tetapi selalu mendapat jawaban sama dari pertanyaannya, seperti—.
"Aku hanya demam, kemarin kehujanan. Dan ini—terbentur meja."
Joohyun memang tidak berbohong tentang ia yang sedang demam, kecuali—tentang luka lebamnya.
Joy hanya menghela nafas panjang.
"Baiklah, ayo pulang."
Joy membantu Joohyun untuk berdiri, dia lalu merangkulnya untuk berjalan bersama.
"Joohyun!"
Seorang pria memanggil nama Joohyun membuat dua gadis itu menghentikan langkahnya.
"Kau ada acara tidak hari ini?"
Oh Sehun. Pria itu bertanya.
"Tidak ada."
"Kalau begitu temani aku—"
"Aku sedang tidak enak badan, Sehun. Lain kali saja, ya."
Tanpa menunggu ucapan Sehun, Joohyun kembali berjalan begitu saja melewatinya dengan Joy yang kembali merangkulnya. Meninggalkan Sehun yang hanya bisa menghela nafas panjang yang lagi-lagi di abaikan oleh Joohyun.
Saat mereka berdua melewati gerbang, langkah Joohyun memelan ketika menyadari sesuatu. Dia melihat seseorang yang dia kenali tengah berdiri di depan mobilnya.
Pandangan mereka bertemu. Mata tajam itu terkejut, juga bisa merasa lega. Sedangkan mata kelinci itu—dia juga terkejut, juga merasa bahagia.
"Terima kasih, Joy. Kau duluan saja. Aku sudah ada yang menjemput."
Joy mengernyit, tetapi begitu dia tetap meninggalkan Joohyun. Dia tidak begitu fokus melihat siapa yang Joohyun maksud.
"Kau sengaja menjemput ku, Brownie?"
Mata kelinci itu berbinar. Masih tidak percaya jika Jihyo akan menjemputnya di kampus. Tetapi, binar itu pudar ketika melihat Jihyo menyodorkan sesuatu. Dua tiket yang Joohyun berikan minggu lalu.
"Kau—sungguh tidak ingin aku datang lagi ke restaurantmu, ya?"
Jihyo bingung. Dia hanya tidak punya alasan lain untuk datang kesini. Jadi dia menggunakan tiket itu sebagai alasan. Padahal—dia sudah mengkhawatirkan Joohyun setengah mati.
"Kenapa kau meninggalkan apartemen?" Jihyo mengalihkan.
"Aku ada ujian."
Joohyun mendesah kecewa. Dia masih sedih dengan alasan Jihyo datang menemuinya.
"Ayo pergi! Sebelum acaranya di mulai." Jihyo menariknya pelan menuju mobil, tapi Joohyun menolaknya.