Suzy.
Wanita paruh baya itu sedang melamun di luar rumah dengan duduk di kursi teras. Pandangannya jatuh pada ribuan rintik hujan yang turun. Perasaannya tiba-tiba tidak enak.
Dia—sedang merindukan putri sulungnya.
Sudah beberapa hari ini putrinya itu tidak pulang ke rumah. Entah dia tinggal dimana. Tapi Taecyeon bilang jika Jihyo tidur di hotel.
"Eomma merindukanmu, Ji."
Entah itu ilusi atau kenyataan, di saat ia sedang memikirkan putri sulungnya, tiba-tiba dia melihat seseorang yang terlihat seperti Jihyo sedang berjalan kearahnya.
Tidak terlihat jelas dari jauh, karena gelap.
Tapi, begitu seseorang itu sudah lebih dekat dengan cahaya lampu, Suzy baru menyadari bahwa seseorang itu memang Jihyo, putrinya.
Putri sulungnya datang ke rumah dalam keadaan basah kuyup?
"Sayang, kau kenapa?!"
Suzy berdiri dan langsung menghampiri Jihyo. Jelas sekali terlihat rasa khawatir dari wajahnya.
"Kenapa kau kehujanan? Kenapa tidak memakai mobil?"
Jihyo masih tetap diam, dia—tidak ingin menatap wajah cemas dari Ibunya.
"Jawab Eomma, Jihyo. Jangan membuat Eomma khawatir."
"Mobilku—di restaurant. Aku tidak membawanya."
Suzy menghela.
"Seharusnya kau menghubungi Eomma jika ingin kemari, biar sopir menjemputmu."
"Bolehkah aku berganti baju dulu? Aku—kedinginan."
Suzy mengusap wajahnya yang basah. Dia mengangguk.
"Sayang?"
Jihyo berhenti ketika Suzy memanggilnya.
"Jika—kau tidak lelah, apa kau bisa menemui Dahyun nanti? Dia—merindukanmu."
"Ya, Eomma."
Setelah selesai mandi dan berganti baju, Jihyo memutuskan untuk menemui Dahyun lebih dulu.
Saat ia membuka pintu kamar adiknya, terlihat—Dahyun yang sedang tertidur dengan kompresan di dahinya.
Dia—sedang sakit?
Jihyo kemudian duduk di sampingnya. Mengusap pelan wajah pucat adiknya yang terasa hangat. Ah, Jihyo kembali merasa tidak berguna menjadi kakak. Jika tidak bisa mengurusnya, seharusnya dia bisa untuk sedikit memperhatikannya bukan.
"Maafkan aku, Dahyunie. Dan—cepat sembuh."
Dia membenarkan selimut yang membalut tubuh Dahyun setelah mencium pipi adiknya. Tapi, itu malah membuatnya terusik. Dahyun kemudian terbangun ketika melihat Jihyo ada di kamarnya.
"Unnie di sini?"
Dahyun terlihat senang sekali.
"Maaf membuatmu terganggu."
"Tidak, Unnie. Justru aku sangat senang Unnie ada di sini." Jihyo tersenyum tipis. Dahyun begitu menantikan kehadirannya.
"Tidurlah. Kau perlu istirahat agar cepat sembuh."