Jihyo menatap datar pada gadis kelinci yang sedang duduk di sofa dengan kepala yang menunduk.
Jihyo kesal.
Bagaimana tidak? Joohyun menyuruhnya untuk segera pulang karena seorang photographer datang ke Apartemen untuk mengirimkan hasil foto kemarin.
Jihyo yang sudah khawatir setengah mati karena panggilan dari pujaan hatinya memilih untuk menatapnya dalam diam. Ia kira, sesuatu yang buruk terjadi pada Joohyun. Ternyata hanya—.
Hah.. Jihyo menghela nafas panjang.
"Kau menyuruhku cepat pulang karena ini?"
Dia bertanya dengan dingin. Gadis kelinci hanya menunduk lalu mengangguk dengan polos. Dia tidak tahu kenapa wajah Jihyo tiba-tiba begitu menyeramkan seperti ini.
"Kau tinggal mengambilnya saja, Joohyun. Kenapa harus meneleponku, dan juga—kenapa kau terdengar panik tadi."
"Aku tidak punya uang untuk membayarnya."
Tentu saja. Foto ukuran besar yang sudah di cetak itu memiliki harga yang mahal karena Jihyo tidak memesan bingkai yang biasa. Uang bulanan Joohyun dari orangtuanya tidak akan cukup untuk membayarnya.
"Kau kan punya uang yang banyak, jadi aku menelponmu untuk segera pulang supaya kau bisa membayarnya, Brownie."
Begitu polos Joohyun bicara. Sedangkan Jihyo, ia hanya menatap tidak percaya pada ucapannya.
"Memangnya—ada yang salah, Brownie?"
Joohyun masih tidak nyaman dengan tatapan Jihyo.
Jihyo mengalah. Tidak kuat jika terlalu lama kesal pada gadis kelinci itu. Ia kemudian mendekat pada Joohyun dengan duduk di sampingnya. Lalu—memeluknya.
"Kau membuatku khawatir, Joohyun."
Dia mengusap surai hitam Joohyun yang panjang.
"Aku kira—sesuatu terjadi padamu. Kau terdengar panik tadi."
Joohyun merasa bersalah. Dengan erat ia membalas pelukan Jihyo dengan membenamkan wajahnya pada dada milik Jihyo.
"Maaf sudah membuatmu khawatir, Brownie."
••••••••
Malam hari.
Setelah menyelesaikan makan malam bersama, Jihyo memilih duduk di sofa dengan menonton televisi. Dengan Joohyun yang duduk di sampingnya, entah sedang apa. Fokusnya bukan pada benda persegi di depannya, dan Jihyo memilih untuk membiarkannya saja.
The CEO of the KTH Company was named a suspect in planning the murder of the Prime Minister Im.
Jihyo bernafas lega ketika melihat berita bahwa Tuan Kim sudah di tetapkan sebagai tersangka. Jeongyeon bergerak sangat cepat ternyata.
Ting!
Ponselnya berbunyi. Terlihat pesan masuk dari sahabatnya.
Jeongyeon
Kau sudah lihat beritanya?
Aku harap kau besok datang di sidang pertama untuk memberikan kesaksianmu.