21

8.6K 627 44
                                    

Sudah satu minggu Barry masih didiamkan oleh Senja. Meskipun wanita itu dekat dengannya tetapi semua terasa jauh Ketika Senja benar-benar tidak peduli dengannya. Senja yang masih marah dan menganggapnya tak ada.

Senja memang membiarkan Barry tidur sekasur dengannya, tetapi wanita itu sama sekali tidak berniat melihat wajah Barry sama sekali. Punggungnya yang selalu diperlihatkan untuk Barry. Jika sarapan, makan siang dan makan malam Barry dan Senja memang selalu bersebelahan tetapi wanita itu tidak peduli sama sekali dengan Barry.

Jujur, Barry sudah lumayan frustasi dengan kemarahan Senja. Tetapi, jelas ia tidak boleh sama sekali putus asa dan menyerah.

Jika dibandingkan dengan Senja yang kesakitan dan hampir kehilangan bayi mereka, kemarahan Senja kali ini tidak ada apa-apanya. Tapi, Barry tak mampu harus didiamkan oleh Senja lebih lama lagi.

Tidak dipedulikan benar-benar tidak enak. Akhirnya Barry tau rasanya menjadi Senja malam itu. Barry tidak memikirkan perasaan Senja kala itu, sekarang ia benar-benar kalah telak.

Barry menghembuskan napas kasar dan melihat Senja yang sedang di dapur bersama dengan ibu. Wanitanya itu tertawa Ketika ibu berbicara sesuatu membuatnya menghangat. Senyum Senja sangat bisa membuat dirinya terhanyut.

Barry sangat tidak menyangka jika dirinya bisa secinta ini terhadap Senja. Ditambah dengan makhluk kecil yang hidup di perut Senja. Cintanya bahkan sudah tidak bisa terbendung untuk kedua orang tersebut. 

Menyadari dirinya harus berjuang lebih keras lagi untuk membahagiakan mereka berdua. Barry tersenyum pahit, jika saja ia tau lebih awal hukuman dari sikapnya kemarin sudah pasti ia tidak akan berani melakukan hal tersebut. 

Nasi sudah menjadi bubur, Barry sendiripun tidak tau harus berbuat apa agar Senja berhenti marah dan memaafkannya. 

"Kenapa? Pusing dicuekin ya?" suara Langit membuat Barry sadar dari lamunannya. Barry sangat tidak menyukai Langit beberapa akhir ini. Celetukan dan ledekannya membuat Barry geram. Ia seakan senang jika Senja marah terhadap dirinya. 

Barry diam saja tidak berniat menjawab. Langit harusnya sudah tau dari rawut wajahnya. 

"Itu emang sudah seharusnya Bang Barry rasain. Bang Barry harus tau seberapa lemah dan tak berdayanya Senja waktu aku pertama kali lihat dia di rumah sakit." 

Jujur kata-kata ini sudah Barry dengar mungkin sembilan puluh sembilan kali. Dari Barry merasa menyesal, sedih, kesal dengan diri sendiri sampai sekarang ia mulai kesal dengan Langit yang selalu mengingatkan kesalaham terbesarnya. 

"Kamu mau ngomong ini berapa kali?" Ucap Barry. 

"Sampai Bang Barry sadar aja." 

"Saya sudah sadar, terimakasih atas usahamu." 

Langit tertawa, "Senja itu udah maafin abang. Cuma gengsi aja dia mau baikannya gimana. Udah keburu ngambek kelamaan." Ucap Langit akhirnya. 

Langit memang tidak bisa marah dengan Barry terus-menerus apalagi ditambah ia sudah tau alasan Barry tidak ada di rumah. Meskipun marah sekali dengan Barry tetapi benar kata ibu, dari semua kejadian ini tidak ada yang salah. 

Meskipun ingin sekali menyalahkan Barry atas kejadian yang menimpah Senja, tetapi laki-laki itu juga cukup melewatkan hari yang sulit. Meskipun Langit tidak suka dengan Pak Hasan, tetapi melihat laki-laki itu terbaring keritis dan hanya memiliki Barry membuatnya sedikit berempati. 

Apalagi ditambah Senja memang mencintai Barry, membuat Langit sama sekali tidak bisa berkutik. Tidak bisa melupakan kenyataan jika Barry adalah ayah dari keponakan yang sedang dikandung Senja juga membuatnya tidak bisa berbuat apa-apa selain membuat Barry selalu merasa bersalah dengan mengatakan hal tersebut berulang-ulang pada Barry. Biar saja Barry kesal dan emosi terhadapnya, setidaknya laki-laki itu harus selalu ingat keadaan dimana jantung Langit juga hampir nyaris berhenti berdetak ketika melihat adiknya terbaring pucat di rumah sakit waktu itu. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 15, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Barisan Senja [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang