12

3.9K 553 31
                                        

Barry terbangun ketika merasakan Senja beberapa kali bergerak di dalam pelukkannya. Sinar matahari juga sudah sedikit masuk ke dalam kamarnya melalui celah jendela.

Barry memegang dahi Senja karena ia merasakan tubuh Senja sedikit panas. Dan benar saja, Barry merasakan dahi Senja hangat.

Barry melepaskan perlahan tubuh Senja dan berjalan keluar perlahan. Ia melihat Bi Laksmi sedang mencuci pakaian.

"Tumben baru bangun." Ucap Bi Laksmi, "Senja mana?"

"Sakit, Bi." Jawab Barry sambil mengambil baskom kecil mengisi dengan air hangat, "Obat demam ada nggak bi?"

"Itu Senja taruh di bawah laci TV."

"Makasih ya, Bi."

Barry langsung mengambil obat dan membawa baskom berisi air hangat ke dalam kamar. Ia melihat Senja yang bergerak gelisah.

Perlahan Barry menaruh handuk hangat kecil di dahi Senja. Mata Senja langsung terbuka perlahan ketika merasakan hal aneh yang ada di dahinya.

"Kamu ngapain? " Tanya Senja dengan suara serak.

"Kamu demam." Ucap Barry, "Suara kamu juga serak."

Perlahan Senja bangun dari tidurnya, ia merasakan kepalanya berputar. "Iya, pusing."

Barry menggelengkan kepalanya, "Makanya tidur semalem. Kamu sih nggak tidur. Langsung sakit kan?"

Senja terkekeh, "Kamu belum pulang mana bisa aku tidur?"

Senyum Senja ketika mengatakan itu membuat Barry memeluk Senja dengan erat. Entah Barry hanya senang dan terlalu bahagia mendengar Senja yang mengatakan itu.

"Hari ini kamu istirahat aja di rumah. Nggak usah cuci-cuci, nyapu, ngepel atau masak. Diem aja di kamar sampai sembuh."

Senja menggeleng, "Kalau keliatan nggak enak gitu."

"Jangan dilihat. Tidur aja. Nanti sore kita periksa ke puskesmas ya?"

Senja menggeleng, "Nggak mau."

"Kenapa?"

"Minum obat aja sama tidur udah cukup." Ucap Senja, "Tapi aku mau mandi. Gerah."

"Pakai air hangat. Sebentar aku siapin."

Senja tersenyum lalu terbatuk. Senja benar-benar merasakan badannya tidak enak. Ia merasakan panas tubuhnya ketika memegan lehernya. Biasanya kalau sakit begini, ia akan bermanja ria dengan Bang Langit. Kalau ibu sih jangan ditanya. Tidak akan pernah memanjakan kami anak-anaknya.

Barry membiarkan Senja mandi dan awalnya Barry ingin membuatkan Senja bubur tetapi ia tau keterbatasan yang ia miliki. Jadi Barry mengurungkan niatnya untuk masak. Bukannya sembuh, Senja malah keracunan sangat tidak lucu.

"Kamu ngapain?" tanya Senja.

Barry menggeleng, "Niatnya mau bikin bubur. Tapi, nggak jadi. Aku nggak bisa masak."

Senja tersenyum, "Yaudah, aku aja yang buat."

Barry berdecak, "Kamu lagi sakit lemes gitu."

"Ya, terus gimana?"

"Kalau kamu duduk terus kasih perintah cara buat bubur gimana? Jadi aku yang bikin tapi resep dari kamu."

Senja langsung duduk di kursi meja makan dan mengikuti kemauan Barry. Tindakan Barry sangat menggemaskan ya?

Barry benar-benar mengikuti langkah-langkah yang Senja berikan. Barry benar-benar merasakan masak itu sangat sulit. Memadukan bahan satu dengan bahan lain dan membuat masakan itu enak. Barry jadi salut ketika Senja dengan sabar mau memasak untuknya. Belum lagi panas dari kompor yang membuat dirinya berkeringat. Pantas saja bundanya suka mengomel jika Barry tidak memakan masakannya.

Barisan Senja [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang