Senja sudah menyiapkan banyak senjata untuk merayu Barry. Agar laki-laki itu mengijinkan Senja bekerja dengan kepala desa. Meskipun sedikit, tapi Senja percaya dengan kata-kata sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit. Jadi ia sedang berusaha untuk membuat bukit miliknya.
Senja benar-benar merasakan waktu berjalan lama ketika menunggu. Ia benci hal-hal seperti ini dari dulu. Ketika pintu terbuka Senja langsung bakit berdiri dari duduknya langsung menghampiri Barry.
"Mau makan dulu apa mandi dulu?" Tanya Senja, "Aku ada masak gurame goreng sama sayur asem. Kesukaan kamu kan?"
"Makan dulu."
Senja tersenyum, lidah senang ijin pun datang.
Senja mulai mengambilkan nasi dan membantu Barry mengisi piring-piring dengan makanan yang ia masak. Senja terus menatap Barry sambil tersenyum.
"Kamu tau kan, senyum kaya gitu menurutku aneh."
Senja terkekeh, "Emang kenapa kalau aku senyum-senyum? Manis kan senyumku?"
"Manis. Siapa bilang nggak manis?" jawab Barry tak kalah terkekeh, "Masakan kamu tambah enak. Kita bener-bener harus buat rumah makan pas sudah pensiun."
Senja tersenyum, mendengar ucapan Barry membuat perasaannya semakin dalam. Kata-kata pensiun yang terucap mengisyaratkan jika Barry ingin hidup dengan Senja sampai mereka tua kan? Tidak salah kan jika Senja mengartikan itu?
Senja sudah ke kamar dulu, ia menunggu Barry selesai mandi habis itu ia akan melancarkan aksinya.
Tadi ia baru saja mengeluarkan cuplikan-cuplikan kecil menyenangkan hati Barry kan? Senja yakin, Barry mengijinkannya.
Ketika Barry masuk ke dalam kamar dan berbaring di sampingnya. Senja langsung menghadap kearahnya. Senja tersenyum semanis mungkin.
"Bang Barry."
"Hmm."
"Aku serius loh tentang mempertimbangkan tawaran dari kepala desa." Ucap Senja, "Uangnya bisa nambah-nambah bayar hutang kan? Dari pada aku di-"
"Nggak. Tadi keputusanku sudah diakhir. Tidak ada alasan kamu untuk kerja."
Senja berdecak, senyumnya hilang. "Kenapa sih? Kasih alasan jelas."
"Aku nggak ijinkan, tidak perlu alasan apapun. Aku bilang nggak ya nggak."
"Kamu emang nggak pernah ngerasain punya hutang dan harus dibayar kan? Makanya kamu bisa dengan mudah bilang nggak." Jawab Senja mulai emosi, "Mungkin uang itu nggak berarti untuk kamu. Tapi untuk aku?"
Barry melihat Senja yang sudah menatapnya sendu, ia tidak ingin Senja bekerja dengan Bagas. Tanpa alasan, Barry hanya tidak suka. Kemungkinan Bagas akan menyukai istrinya membuatnya sangat terganggu.
"Aku kasih kamu uang buat nabung." Ucap Barry, "Nggak usah kerja, aku nggak suka."
"Kenapa sih nggak kasih alasan? Aneh banget kamu tuh."
Senja melihat Barry diam saja, "Kamu nggak cemburu kan?" mata Senja menyipit kearah Barry. "Nggak kan?"
Barry hanya diam dan berbalik memunggungi Senja. membuat Senja harus membalik tubuh Barry dengan tenaganya.
"Kamu beneran cemburu?"
Senja tertawa keras membuat Barry harus menutup mulutnya. "Jangan diulang."
"Kenapa? Kenapa harus cemburu?"
Barry berdecak, "Kemungkinan dia bakal suka sama kamu itu besar. Ngapain juga? Aku bisa kasih uang yang kamu dapet dari dia. Nggak usah mempersulit diri."

KAMU SEDANG MEMBACA
Barisan Senja [TAMAT]
RomanceSenja membenci bapaknya, dari dulu hingga sekarang bapaknya selalu menjadi alasan atas kesedihannya. Belum cukupkah Senja menderita ketika harus mendapat caci, maki dan samsak ketika ayahnya marah? Sekarang Senja bahkan harus menjadi jaminan dan m...