19

4.1K 573 14
                                        

Senja pikir jauh dari Barry membuat pikirannya tenang tetapi ia salah. Pikirannya justru jauh melayang tentang suaminya itu. Apakah Barry khawatir dan mencari dirinya? Atau justru Barry masih sibuk mengurusi Anna dan anaknya? Lalu bagaimana dengan dirinya beserta bayi di perutnya?

Keadaan rumit seperti ini membuat kepalanya sakit. Tidur di kamarnya yang dulu menjadi tempat ternyaman dan teraman baginya sudah tidak bisa lagi membuatnya nyaman.

Sejak kemarin sampai di rumah, ibu dan Bang Langit sama sekali tidak mengganggu dirinya. Ibu hanya masuk ke dalam kamarnya membawakan makan, Bang Langit datang hanya melihat keadaannya habis itu mereka seakan tau jika Senja butuh waktu sendiri.

Suara ketukan pintu membuat Senja melihat siapa yang akan muncul dari balik pintu tersebut. Ibu dan Bang Langit masuk bersama dan duduk di hadapannya.

Senja tau, mungkin ibu dan Bang Langit akan bertanya apa yang sebenarnya terjadi. Cepat atau lambat sebenarnya mereka akan bertanya, hanya saja Senja tidak tau harus menjawab apa.

"Kamu tau kan, kami akan selalu ada untuk kamu." Ucap ibu sambal mengelus rambut milik Senja. Membuat Senja tidak bisa menahan air matanya Kembali mengalir.

"Hutang sudah lunas. Kamu nggak perlu balik ke Barry lagi. Dia nyakitin kamu. Tinggalin aja dia!" ucap Bang Langit marah, "Aku bisa jagain kamu dan anak kamu kok."

"Hush! Ngomong sembarangan!" jawab ibu, "Adikmu itu udah bukan punya kita."

Bang Langit berdecak, "Bu, udah jelas Barry nyakitin Senja. Toh, hutang sudah lunas. Mereka nggak perlu lagi bareng. Aku nggak mau Senja menderita."

Ibu menghembuskan napas kesal, "Kamu kalau ngomong jangan sembarangan. Semua masalah bisa diselesaikan baik-baik. Kita kan nggak tau masalahnya apa." Suara lembut ibu berusaha menenangkan Bang Langit, "Kamu sama Nak Barry kenapa sebenarnya? Kamu tau kan, kamu sedang hamil."

Senja hanya mengangguk.

"Kabur nggak baik. Apapun masalahnya harus diselesaikan baik-baik."

"Bang Barry punya wanita yang dia cintai, bu. Dan, itu bukan aku."

"Tuh kan! Udah hamilin kamu, terus punya perempuan lain." Suara Bang Langit meninggi, "Ibu masih rela Senja ngomong baik-baik?"

"Semua harus diselesaikan baik-baik."

"Nggak. Senja nggak boleh balik sama laki-laki berengsek itu! Itu harus tau semua laki-laki itu berengsek."

"Nggak. Nggak semua laki-laki beengsek." Suara ibu lembut, "Anak ibu nggak berengsek dan ibu yakin Barry juga nggak berengsek. Dia anak baik, ibu percaya Barry."

"Aku berengsek juga. Aku tau Barry itu gimana."

"Jangan membuat keadaan semakin panas." Ibu masih mengelus rambut Senja pelan, "Bersama atau tidak semua harus diselesaikan baik-baik. Ada bayi kamu yang harus kamu pikirkan. Jangan jadikan dia korban. Anakmu nggak bersalah." Ibu menghembuskan napas pelan, "Kamu istirahat aja. Pikirkan semua baik-baik jangan dengarkan ucapan abangmu."

Ibu menarik tangan Bang Langit, mengajaknya keluar. Meskipun Bang Langit berontak tetapi ia tetap menuruti perintah ibu.

Ucapan ibu berputar terus di kepala Senja. Bersama atau tidak, memang benar Senja harus memikirkan nasib anaknya. Sekarang bukan hanya Senja yang harus dipikirkan tetapi ada makhluk kecil yang tidak bersalah diantara mereka. Dua bayi tak berdosa yang menjadi korban mereka. Senja benar-benar rumit memikirkan semua keadaan mereka.

Senja menghembuskan napas kasar. Jika memang harus menyelesaikan semua ini. Senja sudah tau harus berbuat apa dan sudah memutuskan semuanya.

Barry mencintai Anna. Begitupun Anna mencintai Barry. Ada bayi diantara mereka, sudah jelas Senja akan membiarkan Barry bersama Anna.

Barisan Senja [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang