4

3.7K 497 17
                                    

Dari awal Senja tidak pernah takut pada sosok Barry. Entah mengapa, meskipun wajah Barry tidak bisa digolongkan sebagai wajah yang kalem. Tetapi, Senja yakin Barry bukan penjahat atau pencabul. Wajah barry justru sangat bisa mengintimidasi seseorang hanya dengan ditatap olehnya.

Itu yang Senja hadapi. Wajah intimidasi dan jutek tak terkira. Bukan keinginan senja berada disini, di rumahnya. Bukan keinginan Senja juga tiba-tiba harus menjadi seorang istri dari Barry. Kenapa seakan Barry menyalahkannya?

Ketukan pintu membangunkan Senja dari tidurnya. Senja tidak bisa tidur dengan nyenyak. Jelas saja, sprey yang dipakai di kasur ini sudah apak dan bantalnya terlalu keras. Senja tidak bisa tidur semalaman meskipun tubuhnya sangat Lelah. Senja melihat jam dinding baru menunjukan pukul 5 pagi. Kenapa juga Barry harus mengetuk pintunya?

Senja berjalan lesu, "Kenapa?" tanyanya Ketika melihat Barry berdiri di depan kamar.

"Bangun. Sebentar lagi Bi Laksmi akan datang. Saya mau ambil pakaian, mau mandi."

Senja menggeser sedikit tubuhnya agar Barry bisa masuk ke dalam kamar. Barry mengambil pakaian lalu keluar lagi. Ia langsung menuju kamar mandi.

Matahari saja belum muncul, tetapi Bi Laksmi sudah akan ke sini?

Tidak lama Barry sudah keluar kamar mandi dan menatap Senja. "Kamu mau melamun aja disana sampai besok lagi?"

Suara Barry mengangetkan Senja dari lamunannya. Barry tidak pernah tau apa? Melamun sehabis bangun tidur itu adalah hal paling enak?

Senja langsung bergegas mengambil pakaian dan masuk ke dalam kamar mandi. Senja menghabiskan waktu lebih lama di kamar mandi. Ia menguras bak dan menyikat seluruh kamar mandi. Meskipun tidak berubah banyak setidaknya sudah tidak selicin semalam.

Senja juga langsung mencari sapu dan menyapu seluruh ruangan. Senja memang memiliki kecenderungan yang kuat di kebersihan. Ia tidak pernah betah melihat segalanya jika kotor.

Senja membuka pintu depan dan angin langsung menerpa. "Dingin banget!" keluh Senja yang tak luput dari pandangan Barry.

Barry hanya bisa menggelengkan kepala, "Sudah saya bilang Bi Laksmi akan datang bersih-bersih."

Senja melihat kearah Barry, "Iya. Tau. Udah kamu ke kota sana, beli kasur."

"Nanti siang. Setelah para tetangga puas melihat kamu."

"Emangnya mereka beneran akan datang ke sini Cuma ngeliat aku?"

Barry mengangguk.

Tidak lama benar saja ada beberapa tetangga sudah datang ke rumah Barry padahal masih pagi sekali. Beberapa tetangga datang membawakan sayur dan hanya sekedar melihat Senja.

"Wah, cantik sekali istri Barry. Pandai kamu pilih istri."

Senja hanya tersenyum kikuk.

"Siapa Namanya?"

"Senja, Bu."

"Bagus Namanya." Jawab entah ibu yang mana Senja tidak bisa mengingatnya karena terlalu banyak ibu-ibu disini.

"Cantikan Senja ya daripada Anna."

"Hush. Jangan ungkit masa lalu."

Senja langsung melihat kearah Barry yang diam saja. Senja juga tidak ingin ambil pusing.

"Titip Senja ya, Bu. Kalau-kalau saya harus kerja ke kota."

"Tenang aja Bar. Kaya sama siapa aja."

Keramahan ibu-ibu membuat Senja penasaran dengan Barry. Apa memang semua warga desa memang seramah itu dengan tetangganya?

Barisan Senja [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang