Barry terbangun dan melihat Senja yang masih tidur nyenyak di pelukkannya. Perlahan Barry mengecup kening Senja. Mengecup kening Senja adalah hal yang sekarang sulit dihindari. Barry sangat suka mengecup kening Senja.
Barry bangun perlahan, tadi pagi ia boleh gagal membuat bubur. Sekarang ia tidak boleh gagal membuat bubur untuk Senja.
Barry sudah berkutat di dapur cukup lama. Sekarang ia mencicipi bubur yang ia buat setiap memasukan bumbu-bumbu. Barry bahkan hanya menuang sedikit demi sedikit garam karena ia sudah trauma dengan garam.
Serasa sudah pas, Barry tersenyum puas. Usahanya membuahkan hasil. Kali ini buburnya enak. Tidak asin.
Barry membawa semangkuk bubur ke dalam kamar. Senja masih bergelung di kasur.
Barry membangunkan Senja perlahan. Ia tersenyum ketika Senja membuka mata dan tersenyum juga.
"Bangun minum obat dulu ya?"
Senja langsung bangun dan melihat mangkuk yang dipegang oleh Barry, "Kamu masak?"
Barry mengangguk, "Kali ini dijamin enak. Aku udah cobain soalnya."
Senja tersenyum dan mengambil mangkuk tersebut, "Padahal bisa makan di dapur loh. Nggak usah makan di kamar. Berantakan nanti."
"Pengecualian. Kalau sakit nggak apa. Berantakan tinggal dibenerin. Sesekali naluri kebersihan kamu perlu ditahan."
Senja berdecak, Barry juga berdecak, "Dibilangin malah begitu."
Senja terkekeh, "Iya. Ngomong-ngomong enak loh buburnya."
Barry mengangguk dengan sombong, "Aku udah rencana mau jualan bubur kalau udah tua. Waktu udah nggak kuat ke kebun, ladang sama yang lainnya."
Senja berdecak, "Kayanya dengan apa yang kamu punya sebenarnya kamu bisa nikmatin hari tua tanpa susah."
Barry tersenyum, "Yaudah kita nikmatin hari tua tanpa susah ya?"
"Tapi kayanya kamu bakal tua lebih dulu dibanding aku deh."
"Maksudnya kamu tuh apa ya?"
"Sekarang aja kamu udah lebih tua kan?"
Barry langsung mengambil mangkuk bubur dari tangan Senja dan menggelitik perut Senja.
"Maaf, maaf." Ucap Senja tertawa geli karena Barry masih aja mengelitik perutnya, "Please, ini geli banget."
"Ampun nggak?"
"Ampun. Ampun."
Barry berhenti dan melihat wajah Senja dan mengecup bibir Senja cepat. "Hukuman kamu ledekin aku."
Barry benar-benar merasa kehidupannya lebih berwarna ketika ada Senja. Barry sudah mulai merasa masalah kemarin adalah hal baik untuknya. Mungkin ini adalah pukulan hebat untuk keluarga Senja tetapi ini adalah hikmah bagi Barry.
*
Keesokkan harinya, ketika Barry membuka mata ia tidak melihat Senja di sampingnya. Barry langsung terbangun dan menuju dapur. Benar saja, Senja sudah disana memasak dan ngobrol bersama Bi Laksmi.
"Bi, nanti bawa aja ini sop dagingnya. Banyak aku masaknya."
"Makasih, Nak Senja. Semenjak Nak Senja suka kasih Bi Laksmi makanan, anak-anak bibi suka nungguin kalau Bi Laksmi pulang dari sini." Ucap Bi Laksmi, "Makasih ya, Nak Senja."
"Ih, bibi kaya sama siapa aja. Bi Laksmi kan juga suka bantuin aku. beli barang ini itu." Jawab Senja, "Kalau emang anak-anak suka besok-besok aku bikin lebih banyak lagi ya?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Barisan Senja [TAMAT]
RomanceSenja membenci bapaknya, dari dulu hingga sekarang bapaknya selalu menjadi alasan atas kesedihannya. Belum cukupkah Senja menderita ketika harus mendapat caci, maki dan samsak ketika ayahnya marah? Sekarang Senja bahkan harus menjadi jaminan dan m...