8

3.5K 491 15
                                        

Senja sudah melihat Barry yang pergi untuk bekerja. Bi Laksmi juga sedang mencuci baju. Senja sendiri langsung menuju dapur. Ia kemarin nitip ayam pada Bi Laksmi, hari ini Senja berniat masak ayam goreng lengkuas.

"Bi, nanti saya ada bikin ayam. Bibi bawa juga ya. Kalau semua disini kebanyakan. Nggak akan habis."

"Makasih, Nak Senja. Harusnya Nak Senja bilang aja, nanti Bibi yang masak."

Senja terkekeh, "Nggak apa. Aku bingung kalau diam aja."

"Iya. Kelihatan. Nak Senja saja nyapu ngepel lagi padahal Bi Laksmi sudah lakuin. Kerjaan bibi nggak bersih ya, Nak Senja?"

Senja langsung menggeleng kencang, "Bukan, bi. Saya emang gitu orangnya. Nggak tahan kalau nggak bebersih. Di rumah juga gitu." Senja jadi tidak enak, "Maaf ya, Bi Laksmi. Bukan maksudnya gitu kok."

"Nggak apa, Nak. Justru bibi sebenarnya salut sama Nak Senja. Nak Senja dari kota tapi nggak berlagak. Beda sama Anna. Anak kampong berlagak kaya orang kota." Ucap Bi Laksmi berapi-api.

"Bi Laksmi kenal Anna?"

"Lah siapa nggak kenal Anna disini. Dia itu sebenarnya kembang desa, tapi sombong dan belagu gitu lah, Nak Senja. Ibu-ibu disini banyak yang nggak suka sama dia."

Senja mengangguk, "Tapi dia sama Bang Barry itu kan pacaran ya bi?" mumpung Bi Laksmi yang bahas. Sekalian aja Senja mencari informasikan?

"Sudah tidak, Nak Senja. Barry ditolak waktu melamar Anna. Kasian Nak Barry itu. Seharian dia nungguin Anna di rumahnya. Di luar lagi. Katanya sih, Anna nggak suka Nak Barry bekerja sama Pak Hasan. Padahal Pak Hasan itu baik banget sama Nak Barry." Ucap Bi Laksmi, "Hampir semua warga kampong bisa punya kerjaan gara-gara Nak Barry. Warga dikasih mengolah tanah milik Nak Barry untuk ditanami-tanami sayur. Nanti kalau sudah panen, Nak Barry bilang kasih aja seperempat dari hasil panen. Gitu juga sama ternak ayam, kambing dan sapi. Nak Barry kasih para bapak-bapak disini jadi peternak. Nak Barry hanya minta seperempat. Padahal semua ayam, kambing dan sapi ya dari Nak Barry yang beli. Warung sebelah juga. Kita hidup lebih enak sekarang semenjak Nak Barry kasih kita mengolah lahan dan lainnya."

Senja diam sejenak, ternyata memang Barry sebaik itu. Jangan heran jika dirinya juga dibantu sebegitunya oleh Barry.

"Padahal dulu sebelum sama Pak Hasan, Nak Barry itu begajulan. Suka nongkrong, mabuk, kaya preman deh pembawaannya. Tapi, habis kenal Pak Hasan berubah. Jadi ganteng dan keurus."

Senja terkekeh sedikit, "Aku nggak bisa bayangin Bang Barry mabuk-mabukkan dan begajulan gitu."

"Iya. Temen-temennya mah sekarang ada yang jadi penjudi, preman dan nggak kaya nak Barry deh. Makanya heran juga kenapa Anna jahatin Nak Barry. Ibu-ibu langsung makin nggak suka sama Anna setelah penolakan itu." Ucap Bi Laksmi lagi, "Padahal Nak Barry kurang apa coba?"

Senja megangguk, "Emang Bang Barry baik banget sih."

"Iya. Untung dapetnya Nak Senja." Ucap Bi Laksmi lagi, "Meskipun ada saya tetep mau urusin makan dan rumah Nak Barry. Kalau Anna mana mau. Di rumahnya aja pemalas banget."

"Kok Bi Laksmi tau Anna pemalas?"

"Bi Laksmi juga bebersih di rumahnya Anna, Nak Senja." Ucap Bi Laksmi, "Nak Barry juga yang upahin." Bi Laksmi langsung menutup mulutnya, "Tapi sekarang mungkin Anna kasih uang ke Nak Barry untuk ganti upah saya."

Senja tersenyum kikuk. Senja jadi beneran berpikir. Jika memang Barry sesayang itu pada Anna kenapa ia tidak berjuang lagi? Kenapa juga Anna harus marah dan tidak suka Barry bekerja dengan Pak Hasan. Ingin sekali Senja mendapatkan jawabannya tetapi tidak bisa. Barry tidak mau menceritakannya! Uh, kesal.

Suara ketukan pintu membuat Senja terburu-buru ke depan untuk melihat siapa yang datang. Senja harus mengusap dadanya berkali-kali. Karena Anna berada di depan pintu sedang tersenyum padanya.

"Hallo. Senja ya? Saya Anna." Ucapnya sambil mengulurkan tangan pada Senja.

"Senja." Jawab Senja sambil mengulurkan tangannya, "Nyari Bang Barry ya?"

"Oh, nggak. Saya Cuma mau pinjam mobil Barry."

"Oh, udah ngomong sama Bang Barrynya?"

"Biasanya bisa langsung pakai saja kalau ada di depan."

Senja melihat mobil Barry memang ada di depan. Barry memang jarang menggunakan mobilnya.

"Ijin dulu kali ya?"

Anna tersenyum kecut, itu tak luput dari perhatian Senja. "Kamu yang telpon atau saya?"

"Kamu aja. Kan kamu yang mau pinjem."

Anna mengambil ponselnya dan menempelkan ponselnya di telinga.

"Halo. Bar, aku mau pinjem mobil. Kata Senja, harus ijin kamu dulu." Tutur Anna, "Oh, oke. Di tempat biasa kan kuncinya? Oh, oke sebentar." Ucap Anna, "Ini Barry mau ngomong."

"Hallo?"

"Hallo? Iya kuncinya ada di laci meja bawah TV. Anna harusnya tahu dimana, kamu tolong ambilkan saja."

"Oke."

Senja memberikan lagi ponsel Anna. Lalu ia bergegas menuju laci di bawah TV dan mengambil kunci mobil Barry dan memberikannya pada Anna.

"Makasih ya."

Senja hanya mengangguk dan melihat Anna yang pergi begitu saja dan masuk ke dalam mobil. Senja mengangguk kembali ketika Anna membunyikan klakson mobil dan berlalu begitu saja.

"Yakan, Anna suka bertindak sesuka hatinya." Suara Bi Laksmi mengangetkan Senja sampai ia memegang dadanya lagi.

"Bi Laksmi kagetin aja."

"Dia memang begitu. Bertindak sesuka hati, mana ada pinjam-pinjam mobil."

"Memangnya Anna nggak punya mobil sendiri, Bi?"

"Mana ada. Dia itu bisa berlagak dan beli ini itu ya dari Barry. Keluarganya juga bukan keluarga mampu. Di kampong sini yang punya mobil Cuma tiga orang aja. Kepala desa, dokter puskesmas dan Nak Barry ini." Jelas Bi Laksmi, "Makanya dia bisa berlagak gitu karena Nak Barry." Ucap Bi Laksmi.

"Mungkin emang penting kali bi. Makanya pinjem mobil."

"Denger-denger dia juga lagi deketin kepala desa. Kepala desa sini masih muda. Duda anak satu. Istrinya baru meninggal Karena sakit."

Senja tersenyum, sejujurnya dia bukan tipe orang yang peduli dengan gossip-gosip sekitar yang tidak berhubungan dengannya. Tetapi informasi dari bi Laksmi akan ia dengar saja. Percuma saja, Senja juga tidak kenal siapa kepala desa dan lainnya.

"Diomongin ke Nak Barry saja kalau Nak Senja tidak suka dan cemburu Anna minjam mobilnya Nak Barry."

Senja terbatuk mendengar penuturan Bi Laksmi. Cemburu? Senja tidak cemburu. Ia hanya heran saja, Anna menolak Barry tetapi upah Bi Laksmi membersihkan rumahnya dan masih meminjam mobil Barry seenaknya sedikit menganggu pikirannya. Hanya sedikit saja. Tapi, Senja tidak akan ambil pusing. Biarkan saja, selama Barry oke-oke saja kenapa harus dirinya yang repot? 

Barisan Senja [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang