14

4K 560 13
                                        

Senja tidak pernah tau jika efek jatuh cinta itu sebegitu besarnya untuk dirinya. Dari seluruh organ tubuhnya ikut bereaksi berlebihan. Hatinya selalu berbunga-bunga, jantungnya tidak berhenti berdetak jika dekat dengan Barry, perutnya suka merasakan geli yang tak bisa ia tahan ketika berdekatan dengan Barry, bibirnya tidak berhenti tersenyum, matanya tak mau luput dari kehadiran Barry, kulitnya bahkan ikut bereaksi ketika bersentuhan dengan Barry.

Senja tidak pernah punya pengalaman dengan lawan jenis. Dulu, dirinya akan otomatis menutup diri dan menjauh sejauh-jauhnya. Bapak selalu menjadi insecure terbesar bagi hidup Senja. Senja selalu membatasi dirinya untuk bergaul dengan siapapun. Jadi jangan heran jika Senja tidak memiliki teman dekat. Memang miris jika dipikir-pikir, diumur Senja yang sekarang mungkin orang lain sudah memiliki beberapa mantan pacar sedangkan Senja? Pacar satu saja tidak pernah punya.

Senja tidak pernah tau rasanya punya pacar atau bahkan hanya pendekatan. Tapi, jika ini yang Senja rasakan sebagai jatuh cinta. Tidak heran banyak orang yang suka mencintai dan dicintai. Rasanya benar-benar berjuta rasanya.

"Senja." suara Barry terdengar membuat Senja harus keluar dari kamar.

"Iya?"

"Siap-siap gih. Kita mau ke kota."

Senja mengerutkan kening. Katanya Barry akan mengajaknya jumat sore atau malam. Ini masih pagi sekali kenapa sudah mengajak Senja pergi?

"Bukannya sore?"

Barry menggeleng lalu ikut masuk ke kamar, "Kita harus cari keramik, warna cat dan beberapa perlengkapan dapur."

Senja mengerutkan kening, "Buat siapa?"

Barry melihat Senja, "Ya buat dapur kita. Bunda udah bolak-balik telpon aku katanya suruh benerin dapur kamu."

"Hah? Bunda nggak ngomong apa-apa pas telpon aku."

"Bunda telpon kamu ngapain?"

"Ngobrol-ngobrol aja. Bunda sering bosen trus katanya bete jadi telpon aku. Kenapa emangnya?"

"Aku nggak tau."

"Kamu emangnya harus tau?"

Barry melihat Senja tidak bisa diartikan. Barry sendiri bingung dengan bundanya, bisa-bisanya bundanya telponan lebih sering dengan Senja? Barry sendiri sudah tidak bisa berkata-kata, "Kamu aja nggak pernah telponan sama aku, bahkan punya nomor ponselku."

"Kamu nggak pernah minta telponan, lagian kita kan serumah." Jawab Senja, "Kamu juga nggak pernah minta nomor HP ku."

Barry menghembuskan napas perlahan, ia mengambil ponselnya di kantung dan memberikan pada Senja.

"Ngapain?" Tanya Senja, "Aku udah punya ponsel, kamu nggak usah kasih aku lagi."

"Ini HP aku, kamu masukin nomor kamu."

Senja mengambil ponsel Barry, ia memasukan nomornya. Lalu menelpon nomornya sendiri. setelah itu, ia menyimpan nomor Barry.

"Ada Whatsapp?"

"Ada."

Barry melihat Whatsapp milik Senja, hal pertama yang ia lihat sudah jelas foto Senja. Wanita itu memasang foto dirinya sedang tersenyum. Cantik.

"Kamu cepet siap-siap bentar lagi kita berangkat. Mungkin kita akan menginap."

"Nginep dimana?"

"Di hotel mungkin." Ucap Barry, "Reza bilang nginep di rumahnya aja sih. Cuma mending di hotel aja ya?"

"Aku ikut kamu."

*

Untuk pertama kalinya, Senja duduk di mobil milik Barry. Sewaktu datang dulu, mereka menggunakan mobil Pak Hasan. Senja mengamati interior mobil Barry.

Barisan Senja [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang