18

3.6K 552 27
                                    

Perang dingin antara Senja dan Barry sudah berlangsung hampir seminggu. Tidak ada yang berencana berbicara dan bertanya apa yang terjadi. Bi Laksmi juga tidak berani bertanya. Seakan semua mengerti tentang apa yang harus mereka lakukan.

Senja seperti biasa masih masak, Barry masih makan masakan Senja semua berjalan lancar. Kecuali obrolan-obrolan yang hilang.

Barry yang baru pulang dan langsung mandi. Senja juga sudah tau apa yang harus ia lakukan. Senja menyiapkan makan malam untuk Barry. Barry selesai mandi, ia langsung menuju kamar lebih dahulu.

Ketukan pintu membuat Senja harus membukakan pintu. Ketika Senja membuka pintu, ia melihat Anna yang terisak parah.

"Ada Barry-nya?"

"Kenapa nyari Barry? Udah malem." Ucap Senja tak bersahabat.

Senja melihat Barry keluar kamar, Anna yang melihat Barry langsung lari dan memeluk Barry. Anna bahkan menyenggol bahu Senja secara keras. Senja bahkan mengaduh keras.

Senja hanya melihat dua insan berpelukkan. Anna yang menangis tersedu-sedu.

"Kenapa?" Barry berusaha melepaskan pelukkan Anna. Ia melihat Senja yang melihat kearah mereka berdua dengan tatapan datar.

"Aku hamil."

"Kamu pulang dulu ke rumah. Nanti aku ke sana." Ucap Barry.

Senja langsung masuk ke dalam kamar dengan membanting pintu tidak ingin mendengar lebih dalam. Barry tidak mungkin tidak sadar jika Senja marah. Situasi mereka berdua seminggu ini sangat buruk. Dengan Anna yang datang tiba-tiba membuatnya semakin buruk. Barry menghela napas kasar, kepalanya hampir pecah.

Senja yang membanting pintu dan Anna melapor hamil. Seperginya Anna, Barry langsung masuk kamar. Ia melihat Senja duduk di ujung kasur melihat kearahnya.

"Aku ke rumah Anna dulu."

"Kalau aku nggak kasih?"

Barry langsung melihat kearah Senja, "Dia lagi ada masalah."

"Kita juga lagi bermasalah. Kamu tau kan?"

Barry menghela napas, "Nanti kita bicarakan lagi masalah kita."

Senja tersenyum sinis, "Ternyata masalah Anna lebih penting kan daripada masalah kita?"

"Nggak gitu."

"Yauda, pergi aja." Ucap Senja lemah, "Pernikahan ini memang nggak sepenting itu. Anna wanita yang emang kamu cinta ditambah lagi hamil?" Senja tersenyum sinis dan menghembuskan napas kasar, "Anak kamu?"

"Kamu ngomong apa sih?"

Senja melihat kearah Barry, air matanya sudah tidak bisa dibendung lagi. Ia menghapus air matanya kasar. "Emang ada omongan aku yang salah?" tanya Senja berdiri menghampiri Barry, ia berhadapan dengan wajah Barry. "Anna wanita yang kamu cinta sedang hamil. Ya kan? Kamu mau disana menenangkan dia padahal disini kita juga bermasalah. Terus dari ucapan aku mana yang kamu nggak ngerti? Perlu aku jelasin gimana?"

"Kamu tenangin diri dulu deh. Omongan kamu ngaco!" ucap Barry, "Aku udah bilang nanti kita bahas bukan nggak bahas."

"Kamu mau bahas tentang apa lagi nanti? Kalau aku siap-siap harus terbuang? Karena kamu akan punya anak sama Anna?"

"Kamu itu ngomong apa sih sebenarnya?" ucap Barry, "Kok ngaco?"

"Apa lagi sih yang ngaco? Semua ucapan aku benarkan? Anna wanita yang kamu cinta, dia prioritas kamu." Ucap Senja, "Yang aku salah itu aku! Aku yang pake perasaan di pernikahan hutang ini. Aku yang kebawa suasana ketika kamu cium aku, aku yang terlalu murahan untuk kita tidur bareng. Semua disini emang aku yang salah. Kamu? Kamu nggak pernah salah karena disini kamu boss-nya."

Barisan Senja [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang