20

4.8K 584 13
                                    

Barry tidak pernah menyangka jika Senja akan menempati seluruh hatinya. Bahkan Barry sangat takut jika Senja tidak akan memaafkan dirinya setelah apa yang telah diperbuat olehnya.

Barry akui, kebodohannya dan kesalahannya sudah sangat fatal. Senja hingga pergi meninggalkannya tanpa ragu. Barry takut, takut kehilangan Senja.

Pikirannya sangat kacau sekarang. Ia benar-benar ingin cepat sampai dan bertemu dengan istri dan anaknya.

Membayangkan makhluk kecil sedang bertahan hidup di perut Senja membuat hatinya menghangat. Bahkan jika ia mengingat hal itu, air matanya akan keluar dengan sendirinya.

Barry takut, takut kehilangan mereka.

Barry tidak bisa menggambarkan perasaannya sekarang. Ketakutan, khawatir dan merasa bersalah semua bercampur menjadi satu. Apapun harus ia lakukan untuk membawa Senja dan anaknya Kembali padanya. Apapun.

Ketika melihat pintu rumah Senja, Barry langsung mengetuk. Barry bahkan mengetuk tanpa rasa sabra sehingga membuat pemilik rumah geram.

"Iya, sebentar. Siapa sih ketuk pintu sampai begitu?" Suara Langit terdengar dari jauh.

Ketika pintu terbuka, "Langit, Senja mana?" tidak ada salam atau basa-basi.

"Nggak ada. Pergi."

"Pergi kemana?!" suara Barry meninggi. "Ini udah malem, sudah jam delapan. Senja kemana malam-malam? Sendiri?"

"Ngapain sih lo ke sini? Nggak puas nyakitin adek gue?"

"Senja mana?"

"Pergi, gue udah bilang Senja pergi. Menjauh dari lo."

"Kemana?!" Barry bahkan sudah tidak memikirkan suaranya. "Kasih tau gue, please. Gue tau, gue salah. Senja kemana?" tanya Barry akhirnya putus asa. Suaranya bahkan sudah menghilang.

"Menurut lo, gue bakal kasih tau? Setelah apa yang lo udah lakuin ke adek gue?"

"Gue bakal jelasin. Tapi, kasih tau gue dulu kemana Senja. Gue mohon." Suara Barry sudah memohon. Tidak ada gunanya berteriak. Barry sudah kehilangan tenaganya.

Tidak tidur dua hari lalu melakukan perjalanan jauh membuat energinya habis terkuras. Ia sama sekali tidak mampu untuk mengeluarkan energi lagi.

"Nak Barry?" suara Ibu terdengar dari belakang.

"Bu, Senja kemana bu?"

"Oh, Senja –"

"Ngapain kamu disini?" suara Senja langsung terdengar sebelum ibu menjelaskan kemana Senja.

Barry langsung memeluk Senja. Memeluk wanitanya dengan erat. Mengecup kepala Senja dengan sayang.

Senja langsung memberontak dan mencoba melepaskan pelukkan Barry. "Lepasin!"

"Nggak. Nanti kamu pergi lagi. Kamu habis dari mana? Jangan menjauh dari aku. Aku minta maaf."

"Lepasin! Aku habis dari mini market ujung jalan. Lepasin!" ucap Senja, "Aku mual ini."

"Kenapa?" tanya Barry, "Aku nyakitin kamu?"

"Kamu bau banget!" ucap Senja, "Hoek.. hoek.." Senja bahkan menutup mulutnya dan langsung berlari masuk menuju kamar mandi.

Ibu, Langit dan Barry langsung menyusul Senja.

"Kamu nggak apa, dek?" tanya Ibu.

"Bang Barry bau banget, Bu. Aku mual."

"Maaf. Aku udah beberapa hari nggak mandi. Bau banget emangnya?"

Senja langsung merasa ingin muntah Kembali Ketika mendengar Barry tidak mandi beberapa hari.

Barisan Senja [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang