SANG surya sedang gencar memancarkan cahayanya. Langit terlihat biru dengan awan yang menggumpal bagai permen kapas. Perempuan dengan balutan hoodie abu-abu itu sedang fokus memperhatikan laptopnya, memandangi website di dalam layar dengan saksama. Mengscroll ke atas, kemudian mengscroll lagi ke bawah. Mencari laman lain untuk dijelajahi. Begitu terus sampai satu jam kemudian.
Gadis itu menghembuskan napasnya lelah, mencari referensi seperti ini membuat kepalanya sakit. Hawa panas juga tiba-tiba menyergap dirinya. Ia benci rasa ini!
"Bisa gila gue lama-lama." Ia bermonolog, menangkup wajahnya dengan kedua tangan. Terpekik frustasi.
Atensi pengunjung yang ada si Cafe Victoria beralih pada gadis itu. Gadis itu tak acuh, kembali menutup wajahnya dengan kedua tangan. Meratapi nasibnya yang berada di garis ambang bahagia dan tidak bahagia. Niatnya adalah melepaskan penat dan rasa lelah, namun ternyata, yang ia lakukan malah membuat lelah.
Pikirannya kini beralih pada tugas-tugas makalahnya yang belum tuntas. Guru-guru juga memintanya untuk mengirimkan tugasnya lebih cepat untuk dijadikan sampel.
"Kepala gue rasanya mau pecah!" Kepalanya ia letakkan di atas meja. Mengeluarkan suara isak tangis yang tak nyata. Hanya ingin membuang rasa peningnya.
Hari Sabtu yang ingin ia gunakan untuk bersantai-santai dan mencari referensi untuk pergi ke luar negeri malah membuatnya sakit kepala. Ditambah dengan...
Bu Ayu
Nak, soft file makalah kamu dikirim ke Ibu plg lambat Minggu malam, ya. Trmksh🙏Lengkap sudah deritanya.
Gadis itu mendongak, kembali berpura-pura menangis tanpa air mata, "Di YouTube ada tutorial ngilang dari Bumi buat sementara nggak sih?"
Ia izin ke Cafe Victoria memang dengan alasan ingin mengerjakan tugas makalahnya. Namun itu hanya alasan, sebenarnya gadis itu hanya ingin bersenang-senang, menghilangkan penatnya.
Sial!
-Jenggala-
CAHAYA sang mentari mulai meredup, dan gadis itu masih berada di pinggir jalan, di atas motornya tanpa ada niatan untuk kembali ke istana deritanya. Pukul 15.34, masih cukup terang untuk kembali ke rumahnya.
"RENJANA!"
"OI!"
Gadis itu menjawab panggilan dari seseorang yang memanggilnya dari atas motor yang melaju. Sekilas ia bisa mengenali sosok itu, ah teman sekelasnya. Pantas saja.
Gadis yang sedang duduk anteng* di atas motor itu namanya Renjana. Dalam KBBI, Renjana artinya rasa hati yang kuat, namun di sini nama Renjana mengarah pada rasa rindu.
Pada akhirnya, ia lebih memilih melajukan motornya menuju jembatan kota yang di bawahnya terdapat sungai yang mengalir. Angin kala itu berhembus cukup tenang, mengiring rasa nyaman. Langit perlahan-lahan mulai berubah kekuningan yang berangsur jingga.
Gadis itu mengenakan earphone yang terhubung pada bluetooth, memutar lagu berjudul Lily of The Valley milik Daniel. Menikmati setiap alunan lagu sambil memandangi langit dari jok motornya. Membiarkan kendaraan lain melintas melewatinya. Membiarkan cuitan-cuitan yang ditujukan padanya. Hari ini, Renjana ingin tenang, barang sebentar saja.
Hingga sekitar pukul 16.30, Renjana enggan untuk pulang. Ia ingin mengamati senja secara langsung dari atas jembatan kota yang mulai ramai. Menikmati suara bising kendaraan yang melintas. Rasanya menenangkan, sebelum kembali ke rumahnya.
Gadis itu membuka kembali ponselnya, tidak ada satupun pesan yang masuk. Ponselnya masih sepi, seperti tadi pagi. Orang tuanya tentu masih sibuk berkutat dengan banyak berkas sampai belum mengiriminya pesan ancaman. Renjana tahu, mereka nantinya pasti akan marah.
Neon Setan
Balik, Mama sama Papa otw ke rmhRenjana membuang napasnya. Sesudah membaca pesan singkat itu, ia memutuskan untuk benar-benar pulang sebelum senja mulai terlihat. Mereka, membuat semua rencananya melipir ke mana-mana. Mengumpat pelan, kemudian menjalankan kembali motornya menuju rumahnya.
-Jenggala-
RENJANA sampai di halaman rumah bersamaan dengan mobil kedua orang tuanya. Gadis itu berdiri di samping motornya, menunggu kedua orang tuanya turun dari mobil, masuk bersama.
"Ma, Pa," sapa Renjana sebagai tanda hormat.
Widya--Mama Renjana mengangguk singkat, "Kamu baru pulang? Habis dari mana?"
"Nyari referensi buat makalah Bu Ayu, Ma. Besok malam harus udah dikumpulin buat sampel angkatan."
Dibyo--Papa angkatnya menepuk pundak Renjana.
"Bagus, kamu harus menjadi contoh buat teman-teman kamu. Kamu harus menunjukkan bahwa kamu itu yang terbaik."
Renjana tersenyum kecil, mengangguk kaku. Berusaha terlihat seperti anak yang penurut. Dalam hati, Renjana sudah takut setengah mati, takut dimarahi dan takut harus duduk di meja belajar selama tiga jam lamanya bersama buku-buku pelajaran.
Ketika kedua orang tuanya sudah berlalu masuk, Renjana baru bisa menghembuskan napas tenang. Untung alasannya dapat diterima begitu saja oleh mereka.
Nggak jadi mati lo, Renjana.
Ketika ia masuk, netranya langsung bertabrakan dengan kedua netra cokelat milik Neon--kakak tiri Renjana.
"Anak gadis jam segini baru balik alasan nyari referensi makalah, cih," sindir Neon ketika Renjana tepat berada di sampingnya.
"Masalahnya sama lo apa? Nggak ada 'kan?" Tatapan Renjana menusuk tajam netra Neon, "Jadi, jangan ngurusin gue."
"Gue juga nggak sudi ngurusin lo, Renjana."
Tanpa menghiraukan perkataan Neon, Renjana melanjutkan langkahnya. Membiarkan Neon sendirian di ruang tamu. Tam peduli. Renjana tak peduli dengan semua hal yang ada hubungannya dengan Neon.
Neon tidak sepenting itu.
Next Chapter [2]
[anteng= terdiam]
a/n
Cerita Jenggala ini bakal lebih awikwok ketimbang FELICITY, and cerita ini aku bawakan lebih realistis. Renjana itu perempuan yang banyak tuntutannya. Inilah itulah, dan ada tekanan lainnya.
Soo, stay tune teruuuussss. See u next chapterr kaliaaan. 👋👋
KAMU SEDANG MEMBACA
Jenggala: Bawa Aku Masuk Ke Duniamu
Teen FictionHubungan antara Renjana dan keluarganya jauh dari baik. Kedua orang tua angkatnya sangat sibuk dengan urusan masing-masing tetapi masih sangat aktif untuk memaksakan kehendak pada Renjana. Meminta Renjana untuk bisa masuk ke dalam universitas terbai...