ADA banyak hal yang perlahan berubah. Rumahnya tak lagi terasa begitu dingin, meski tak dapat dipungkiri, masih ada sensasi yang menusuk hati. Namun, setidaknya, dinding es yang senantiasa mengelilingi rumahnya perlahan mulai mencair. Renjana senang akan hal itu. Sebulan berlalu begitu cepat, memar pada wajah Neon juga sudah menghilang.
Di ruang tamu, Renjana dan Neon menghabiskan waktu mereka bersama. Televisi menyala, menampilkan film kartun favorit Neon sedari kecil, Tom and Jerry.
"Nabastala gimana?"
Pertanyaan itu mampu membuat Renjana terdiam beberapa saat. Nabastala tak dapat dihubungi setelah laki-laki itu mengirimkan pesan serta panggilan yang tak terjawab. Sudah berulang kali Renjana mencoba menghubungi, namun nihil. Nabastala seperti hilang begitu saja. Tanpa pamit, menyisakan perasaan ingin tahu yang mendalam di dalam diri Renjana. Tak munafik, Renjana terluka. Faktanya, Renjana sudah mulai menaruh sebagian hatinya untuk laki-laki itu.
"Gue nggak tau, Yon. Tiba-tiba ngilang," jawab Renjana seadanya dengan senyum kecut yang tampak dipaksakan.
"Lo nggak coba hubungin dia?"
Renjana berusaha menyembunyikan rasa sedihnya, "Udah berulang kali, Yon. Tapi tetap aja, anaknya nggak bisa dihubungi, ceklis satu. Bahkan medsosnya pun kayak akun mati. Udah sebulan, Yon. Sebulan gue selalu cek room chat gue sama dia, tapi apa? Nggak ada perubahan."
Malam itu, seusai ponselnya kembali terisi penuh. Renjana menemukan beberapa panggilan serta pesan dari Nabastala yang berulang kali memanggilnya dalam waktu yang berbeda. Renjana buru-buru menjawab pesan, ceklis satu. Gadis itu mulai menelepon Nabastala, namun tak dapat dihubungi.
Hari berikutnya sama saja. Selama satu bulan, Renjana masih terus menanti pesan dari Nabastala. Tak ada seharipun ia lewatkan untuk mengecek aplikasi pengirim pesan yang sering ia gunakan. Renjana tak pernah jemu, tak dapat menyanggah lagi, ia rindu pada laki-laki itu.
"Lo ketahuan kalau suka sama dia, Ann. Naksir kan lo?"
Neon bertanya seolah-olah tak perlu jawaban. Laki-laki itu membenarkan posisi duduknya. Memandang Renjana dengan senyum lembutnya.
"Suka, sayang atau mungkin apalah itu, nggak salah, Ann. Tapi salah ketika lo naruh perasaan di orang yang salah. Lo yang bakal sakit, ditinggalin tanpa kabar. Sakit kan?"
"Gue tau dia punya alasan, Yon."
"Kalau begitu apa alasannya?"
Renjana kembali terdiam. Tidak dapat lagi menjawab pertanyaan yang dilayangkan oleh Neon.
"Jangan sakiti hati lo sendiri, Ann. Laki-laki nggak cuma Nabastala. Banyak yang lebih baik dari dia."
"Tapi yang gue mau cuma dia."
"Tolol kalau kata gue. Udah sebulan lo digantung, dighosting malah. Tapi lo masih ngarep sama dia? Mungkin aja dia udah punya cewek lain, Ann. Mungkin aja dia udah bahagia sama pilihannya. Mungkin aja lo cuma jadi badut buat dia. Tolong, berhenti naruh hati ke manusia yang bahkan yang mikirin hati lo." Nada bicara Neon menyiratkan perasaan kesal tak terkira. Laki-laki itu memijit pelipisnya. Tak habis pikir dengan Renjana.
-Jenggala-
PONSELNYA kini sepi, tak ada notifikasi yang spesial lagi. Tak ada pertanyaan aneh atau candaan yang sering terima beberapa saat yang telah berlalu.
"Katanya lo bakal selalu dengerin cerita gue, Bas. Tapi apa? Lo ngilang."
Bohong bila Renjana tak jatuh hati pada sosok laki-laki bernama Nabastala. Hatinya telah jatuh ke pelukan laki-laki dengan senyum menawan itu. Haruskah ia merasakan patah hati untuk yang kesekian kalinya? Harusnya Renjana kembali mengulangkan pedihnya patah hati?
Banyak hal yang telah mereka lalui meski waktu begitu singkat. Singkat, hubungan mereka begitu singkat jika diingat. Segala bentuk perhatian Nabastala mampu mengetuk pintu hatinya.
Di saat Renjana telah mulai larut dalam pikirannya. Suara notifikasi mampu membuat Renjana membuka ponselnya cepat-cepat. Bukan, bukan dari sosok yang ia nanti, tapi DM dari sosok yang tak pernah ia lihat sebelumnya. Satu pesan panjang mampu membuat Renjana kembali terdiam. Jantungnya terpacu begitu membaca pesan dari akun yang tidak dikenalnya. Apakah ini nyata? Apakah ia benar-benar akan bertemu dengan mereka?
Soraya.meia
Halo, Renjana. Mungkin kamu kaget ketiga saya menghubungi kamu seperti ini. Saya Soraya, adik dari Bunda kamu. Sejujurnya sudah dari lama kami ingin merawat kamu. Tapi karena suatu hal, kami tidak bisa mengambil kamu dari tangan Dibyo. Saya sudah tahu, bahkan keluarga besar telah tahu apa yang mereka perbuat ke kamu. Maka dari itu, saya akan menjemput kamu ke Indonesia. Kamu akan ikut dan tinggal bersama keluarga kamu di Turki. Tunggu sebentar lagi ya, sayang. Kami akan segera merawat kamu.Renjana tak membalas pesan itu. Sejujurnya, Renjana tak percaya bila tidak ada pembuktian. Dan sejujurnya pula, ia sudah muak dengan jalan hidupnya.
Jika hal itu benar, maka Renjana akan menangis saat ini juga, mengingat bahwa ia memang sangat ingin kembali ke pelukan mereka. Namun, Renjana tak ingin berharap lebih. Ia takut terluka, untuk yang kesekian kalinya. Ia tak ingin kembali terluka.
[tbc, everyone!]
KAMU SEDANG MEMBACA
Jenggala: Bawa Aku Masuk Ke Duniamu
Teen FictionHubungan antara Renjana dan keluarganya jauh dari baik. Kedua orang tua angkatnya sangat sibuk dengan urusan masing-masing tetapi masih sangat aktif untuk memaksakan kehendak pada Renjana. Meminta Renjana untuk bisa masuk ke dalam universitas terbai...