Pukul Enam Belas dan Malas 0.6

28 3 0
                                    

DUNIA tak hanya berputar pada hidupmu saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

DUNIA tak hanya berputar pada hidupmu saja. Terkadang, dunia juga mengabaikanmu, membuatmu merasa bahwa kamu bukanlah sosok yang berharga. Namun, kemudian dunia membuatmu merasakan apa yang namanya jatuh cinta kemudian merasakan bahagia.

Namun, pernyataan pertama adalah hal paling cocok untuk Renjana. Sejak kemarin, gadis itu dilingkupi rasa bersalah yang bercampur dengan sedih, kecewa, marah dan bingung. Ia belum bisa melupakan kejadian malam itu.

Bel yang sudah berbunyi hampir sepuluh menit yang lalu tak digubris oleh gadis berusia 17 lebih 11 bulan itu. Ia masih terduduk di bangkunya. Ia hanya bergerak saat teman-temannya yang selesai piket menyapanya.

Relia, yang sedari tadi begitu memerhatikan gerak-gerik Renjana merasa kesal, moodnya masih jelek.

"Ann, ayo balik. Mau nginep di sini, lo?"

Renjana meletakkan kepalanya di atas meja, "Males balik, ke rumah mau ngapain coba," ucapnya lesu.

Relia bernapas pasrah, "Gue duluan, ya? Ojeknya udah sampai gerbang nih." Gadis itu memasukkan benda-bendanya yang masih berceceran di atas meja dengan cepat, "Gue duluan, awas ada demit."

"Hm, ya." Renjana menjawab sekenannya. Ia mengangkat kembali kepalanya, memerhatikan sekeliling, kelasnya sudah sepi.

Ia melihat pergelangan tangannya yang terdapat jam tangan berwarna hitam. Pukul 15.43. Pasti Neon sudah memilih untuk pulang, ia tak akan mau membuang waktu untuk menunggunya. Gadis itu mau tak mau bangkit, menyampirkan tasnya dengan tidak niat--keluar kelas.

-Jenggala-

SESUAI prediksinya, Neon sudah lebih dulu pergi. Setidaknya ia tak terlalu kaget dengan perlakuan Neon.

"Kalau ada urusan, selesaiin dulu. Gue tungguin, kok."

Apa yang dapat ia pegang dari ucapan anak usia 14 tahun? Bualan palsu yang termakan waktu.

Langkah kakinya membawanya untuk menyusuri trotoar khusus pejalan kaki yang di samping kirinya terdapat pohon-pohon yang berjejer rapi. Namun, bukan seperti trotoar yang ada di drama-drama korea yang terlihat aesthetic, ini terlalu biasa dan sedikit kotor. Banyak pedagang kaki lima yang mencari nafkah hingga memenuhi trotoar, jujur ia tak merasa terganggu, ia merasa iba.

Ia berhenti di salah satu penjual gulali yang tampak sepi dibandingkan yang lainnya. Ia merogoh saku roknya dan menemukan uang berwarna merah. Ya, jika dunia tak baik terhadapnya, setidaknya ia masih bisa berbuat baik.

"Permisi, Pak. Ini berapaan, ya?" Gadis dengan seribu pesona itu menerbitkan senyum cerah, mengeluarkan aura positif yang membuat siapapun ikut tersenyum.

"Dua ribuan aja, Mbak. Mbaknya mau beli?" tanya penjual gulali yang usianya sudah cukup tua.

Renjana mengangguk semangat, "Beli 25 biji ya, Pak. Dibungkusin satu-satu."

Jenggala: Bawa Aku Masuk Ke DuniamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang