Mereka Bertemu 1.7

10 2 0
                                    

DUNIA tak selalu berjalan sesuai dengan pikirannya, itu yang ada di benak Renjana sekarang. Pikirannya yang dulu lari ke arah "Neon tak akan sehangat dulu" sekarang mulai berbalik arah dan berjalan ke arah "Neon mulai hangat seperti dulu". Apakah mereka akan benar-benar menjadi seperti saudara pada umumnya?

Renjana masih memikirkan perkataan Neon waktu itu. Mencari keberadaan kedua orang tua kandung Renjana. Namun, apakah Neon akan benar-benar membantunya? Mereka tak mempunyai cukup informasi untuk mencari keberadaan mereka.

"Mikirin apa?" Neon datang, dengan secangkir kopi yang masih berasap, aroma kopi hitam yang khas itu menguar, masuk ke indra penciumannya.

Gadis itu mengangkat kedua bahunya, kemudian meletakkan kepalanya di atas meja makan, memejamkan matanya, menikmati dinginnya meja makan yang terbuat dari kaca tebal itu.

Neon mengelus kepala Renjana sambil menyeduh kopinya. Berlaku santai seolah hubungan mereka sedari dulu baik-baik saja. Neon masih mengelus kepala Renjana, sampai pada sebuah pertanyaan yang membuat Renjana membulatkan mata.

"Ann, rambut lo mau dikepang nggak? Gue kepangin." tanya Neon.

Renjana masih dalam ekspresi kaget, "Lo bisa ngepang?"

"Dulu sih bisa, coba deh muter badannya." Renjana mengikuti intruksi yang Neon berikan, merubah posisi menjadi membelakangi Neon.

Gadis itu diam sambil membiarkan laki-laki itu berkreasi dengan rambutnya. Setidaknya inilah hal yang sedari dulu Renjana inginkan, berdamai dengan Neon. Jikalau ini mimpi, Renjana rela tidur untuk waktu yang lama.

"Rambut lo halus banget," ucap Neon dengan pelan, dibalas gumaman oleh orang di depannya.

Renjana merasakan tangan Neon mengambil rambutnya secara perlahan. Sesekali menariknya agak kencang supaya tidak kendor. Ia mengepang rambut adiknya dengan cukup baik. Hingga kepangan itu telah sepenuhnya jadi. Membuat Neon tersenyum puas sambil bertepuk tangan ringan. Renjana juga ikut tersenyum sambil memegang rambutnya.

"Bagus," puji Renjana.

Neon mengangguk, "Thanks," balas Neon yang sudah kembali ke posisi sebelumnya. "Gue ajak pergi mau nggak? Ke cafe, gue mau nugas."

"Lo nugas?" beo Renjana keheranan. Neon yang sudah menduga hal itu lantas mendengkus.

"Lo pikir hidup gue isinya cuma foya-foya? Gue juga punya cita-cita kali, Ann."

"Yon? Maaf, gue nggak bermaksud."

Lagi-lagi Neon mendengkus, susah juga menjadi kakak yang baik.

"Iya, mau ikut nggak?"

Renjana mengangguk semangat.

"Lima menit, lebih dari itu gue tinggal."

-Jenggala-

LAGU berjudul "Roman Picisan" menemani mereka berdua di dalam cafe yang baru saja buka. Neon fokus dengan laptopnya, sedangkan di hidungnya bertengger sebuah kacamata yang membuat Neon terlihat dewasa. Renjana memandangi Neon dengan saksama, menikmati waktu kebersamaan mereka yang boleh dikatakan sangat langka.

Renjana membuka ponselnya setelah sesi memandangi Neon selesai. Membuka room chatnya bersama Nabastala beberapa jam lalu. Laki-laki itu kini offline, dan pesan singkat dari Renjana hanya ceklis satu.

Suara bel dari pintu masuk cafe merebut atensinya. Ia menoleh ke belakang, matanya berbinar kala mengetahui sosok yang masuk ke dalam cafe. Laki-laki dengan balutan outer kemeja kotak-kotak dari flanel itu berjalan dengan penuh wibawa.

Jenggala: Bawa Aku Masuk Ke DuniamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang