Kisah yang Usai 0.9

21 3 0
                                    

KITA sebagai manusia memang tak pernah selalu mengetahui sifat dari orang lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

KITA sebagai manusia memang tak pernah selalu mengetahui sifat dari orang lain. Seperti halnya Renjana. Dipertemuan pertama, ia begitu tak suka dengan sosok laki-laki itu, namun setelah beberapa kali berinteraksi, ia mengetahui, semuanya tak seperti yang dibayangkan.

Malam itu, sehari setelah mendengar penuturan dari Neon, Renjana sesekali membuat cerita WhatApps yang menggambarkan bagaimana suasana hatinya yang mendadak suram. Sangat suram. Tak cukup dengan permasalahn ambisi Keluarga Wiratya, ditambah lagi dengan perang dingin antara dirinya dan Neon. Hidupnya sangat komplit, dengan masalah.

"Nilai kamu gimana? Rekapan nilai kamu ulangan minggu ini lebih buruk dari kemarin. Kerjaan kamu ngapain aja sih, Ann? Main terus? Iya?"

Lebih buruknya, masalah pada opsi pertama datang menghampirinya.

"Renjana udah nyoba sebisa Renjana, Ma."

"Sebisa kamu seperti ini? Mama ngasih kamu banyak buku buat belajar, Mama datengin guru les, hasilnya cuma segini? Kamu tahu kan, masuk kedokteran itu nilainya harus berapa? Jangan sampai kurva kamu naik turun, jelek kayak gini."

Renjana menempelkan punggungnya pada sandaran kursi belajar. "Maaf, Ma. Renjana bakal belajar lebih giat lagi." Hanya itu, yang mampu Renjana ucapkan pada malam itu.

Terdengar dengusan kasar dari seberang, "Mama nggak butuh ucapan kamu. Mama cuma butuh bukti. Kamu harus tahu caranya membalas budi, Renjana. Kalau tidak ada Mama dan Papa, kamu nggak akan bisa seperti sekarang."

Tangan Renjana mengepal dengan erat. Dadanya naik turun, perasaan yang paling ia benci kembali menyeruak, muncul ke permukaan.

"Iya, Ma."

Lagi-lagi hanya itu, yang dapat Renjana ucapkan.

"Jangan salahkan Mama dan Papa jika berbuat lebih buruk daripada ini. Jangan sampai kehilangan kesabaran untuk mengurus kamu."

Panggilan dimatikan. Renjana membuang napasnya dengan kasar. Berulang kali ia mencoba, satu kegagalan akan membawanya menuju malapetaka. Sialnya, malapetaka itu adalah keluarganya sendiri.

Ponselnya malam itu kembali berbunyi, satu notifikasi masuk, dari sosok yang baru kemarin menemaninya pagi-pagi buta lagi-lagi membalas cerita WhatsAppnya.

Nabastala SMACA
Cie galau. Gue juga lagi galau nih.

Dengan perasaan yang masih memburuk. Renjana membalas pesan dengan singkat, suasana hatinya sedang buruk.

Nabastala SMACA
Lo tau pacar gue diperkirakan selingkuh kan? And, she cheat. Dia kemungkinan besar selingkuh. Gue ngerasa dia beda, beda banget.
Lo nggak perlu bales chat gue atau gimana, gue cuma mau cerita, karena lo udah setuju sama perjanjian waktu itu.

Nabastala SMACA
Gue nggak tau, salah gue apa ke dia sampai mungkin dia emang berubah (?) nggak ada yang tahu. Dia juga sering bohong kalau gue mau ngomong serius sama dia. Dia ngehindar dari gue. Gue kepikiran? Jelas, gue sesayang itu sama dia. Cuma, ntah kalau sampai gue beneran diselinhkuhin kayak gini.

Renjana masih berada di ruang percakapan tanpa berniat membalas. Malah, gadis itu sedang merasa keheranan, mengapa Nabastala bisa-bisanya bercerita padanya? Memang itu karena sebuah kesepakatan pergantirugian sepatu, namun mengapa menjadi hal yang sedikit .... Over sharing?

Akan tetapi, beberapa menit kemudian, Renjana mengetikkan sesuatu.

Renjana
Lo nggak salah, curhat sama gue?

Nabastala SMACA
Enggak, nggak salah.

Renjana
Lo nggak kesurupan kan? Tiba-tiba curhat masalah pacar lo yang katanya beda atau selingkuh itu.

Tanpa Renjana sendiri sadari, ia perlahan melupakan permasalahannya yang tadi terjadi.  Pikirannya melayang pada permasalahan lain yang lebih sederhana namun mampu membuatnya merasa tak terbebani. Membalas curhatan seorang Nabastala. Mejalani kesepakatan sebagaimana mestinya.

Nabstala SMACA
Gue nggak pernah main-main buat sayang sama dia. Gue emang jarang bisa ngehabisin waktu sama dia karena hari-hari gue bentrok sama latihan basket+ngerjain beberapa paket soal dari guru pembimbing. Waktu gue free, dia seolah-olah sibuk, gitu terus sampai jalan sebulan.

Renjana
Orang kayak lo bisa patah hati juga?

Nabastala SMACA
Ya, lo pikir?

Nabastala SMACA
Send a picture

Nabasgala SMACA
See, dia pergi jalan sama *sahabatnya* dan gue diprivasi. Gue sering dapet laporan kayak gitu. Dan dia tetap biasa aja, seolah-olah nggak merasa bersalah sama sekali.

Renjana yang pada dasarnya tak paham akan urusan percintaan pada akhirnya memaksakan diri untuk memahami masalah percintaan yang dialami oleh Nabastala. Bermodal logika, bukan hati, Renjana berusaha merangkai beberapa kata untuk Nabastala, berupa solusi yang mungkin sangat berguna untuk Nabastala.

Renjana
Kalau hubungan lo dilanjut. Lo kayaknya bakal masuk sekte orang tampan yang bodoh karena cinta.
Kayaknya, gue setuju dengan kalimat, "Cinta itu buta dan Tuli"

Renjana, benar-benar melupakan sebagian masalahnya. Gadis itu malah sibuk berselancar hingga tenggelam bersama dengan Nabastala dalam pembahasan kisah cinta laki-laki itu.

Renjana
Daripada lo makan hati terus, sakit hati terus, bukannya malah pinter tapi jatuhnya bego. Saran gue cuma satu.

Renjana
Mending lo putus.
Buat apa pertahanin orang yang nggak pertahanin lo? Nggak ada gunanya, jadi mending putus.

-Jenggala-

NABASTALA yang sedang memangku gitar hanya memandang pedan yang baru saja dikirim oleh Renjana. Jawaban gadis itu tidak salah, itu adalah jawaban yang sesuai dengan isi pikiran otaknya. Akan tetapi, hatinya mengatakan hal lain. Apakah ia bisa melepaskan sosok Akara? Pacar Nabastala saat ini?

Renjana SMANDALA
I know, susah buat lo lepasin orang yang lo sayang. Cuma pikirin juga diri lo. Capek nggak diperlakuin kayak gini? Mending udahan aja, cewek banyak kali yang mau sama lo.

Lengkungan tipis muncul dari bibir laki-laki itu. Renjana, gadis itu mampu merespons ceritanya dengan baik. Sangat baik, menurutnya.

Nabastala
Iya, nanti gue pikirin.

Belum ada satu menit, ponsel hitam milik Nabastala kembali berbunyi.

Renjana SMANDALA
Kalau udah putus, traktir ya. Hitung-hitung hari lo bebas dari beban pacar.

Perempuan itu, mampu menerbitkan senyum tipisnya beberapa kali. Unik dan menyenangkan. Mungkin, Nabastaka bisa menjadikan Renjana sebagai tempatnya berkeluh kesah, atau mungkin sebaliknya.

Renjana yang membutuhkan Nabastala untuk menjadi pelariannya.

Karena mereka belum tahu, bagaimana kisah mereka selanjutnya.

Next Chapter [10]

a/n
Thank you so much guys karena udah baca cerita iniiii. Jangan lupa komen dan vote!!

Jenggala: Bawa Aku Masuk Ke DuniamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang