2 • I Like You

31 15 1
                                    


"Selamat pagi," sapaku pada Samudra yang sudah berada di kursinya.

"Pagi juga."

Aku langsung duduk di kursi untuk memulai sarapanku yang tertunda.

1 bungkus roti yang di berikan bunda Kasih padaku.

"Mau?" tawarku pada Samudra.

"Nggak, makasih."

Di sela sarapanku, beberapa kali aku mencuri lirikan padanya. Aku penasaran dengan buku yang tengah dibacanya sampai membuatnya begitu fokus.

Setelah selesai sarapan, aku memberanikan diri untuk mendekatinya dengan berpindah duduk di kursi depannya.

"Buku apa yang kamu baca?" pertanyaanku membuatnya mendongakkan kepala.

"Oh ini buku panduan permainan basket."

"Kamu suka main basket?"

"Iya."

"Aku juga suka."

Entah kenapa Kalimat itu spontan keluar dari mulutku. Jelas-jelas selama ini aku takut dengan benda yang bernama bola. Karena benda tersebut terlihat mengerikan ketika dimainkan.

Flashback.

Saat itu usiaku 10 tahun. Aku, Yoga dan Bulan menghabiskan hari libur sekolah dengan bermain sepak bola di halaman panti asuhan. Di tengah permainan, tendangan bola Yoga menghantam keras wajahku.

Dugh!

Sehingga membuatku terhuyung dan terjatuh hingga kehilangan kesadaran beberapa saat.

Perlahan aku membuka mata dan sudah banyak anak-anak serta para pengurus mengerubungiku yang masih tergeletak di bawah.

"Raina, bangun!"

Perlahan aku pun mulai sadar dan bunda Kasih membantuku berdiri.

"Kamu tidak apa-apa?" tanya bunda Kasih khawatir.

Aku mengangguk lalu merasakan ada sesuatu mengalir keluar dari hidungku.

"Darah," gumamku ketika melihat tangan yang menyeka hidungku meninggalkan jejak cairan merah.

"Raina, hidung kamu berdarah!" panik Bulan yang membuatku dan yang lainnya terkejut.

"Hwaaaaa ...."

Aku menangis saat itu juga. Aku phobia darah!

"Raina, maafin aku," ucap Yoga merasa bersalah.

"Raina jangan menangis, ini akan baik-baik saja," bunda Kasih mencoba menenangkanku. Namun, aku tetap menangis beberapa saat.

OffFlashback.

"Kamu juga suka basket?" pertanyaan Samudra menyadarkanku dari lamunan.

"I-iya."

"Kalo gitu kapan-kapan kita bisa main bareng."

Aku mengangguk antusias. Pikiranku hanya terisi oleh Samudra Alasky Bintang sekarang.

"Raina!"

Panggilan itu membuatku menoleh ke ambang pintu kelas dan mendapati Bulan tengah berdiri di sana.

Bulan memberi isyarat dengan tangannya menyuruhku keluar.

"Itu temanmu?" tanya Samudra yang melihat Bulan.

Terima Kasih Masa Laluku (OnGoing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang