Setelah pulang kerja, aku memutuskan untuk pergi mengunjungi makam kak Dimas."Apa kabar, kak?"
Aku menyimpan sebuah buket bunga di atas makam kak Dimas.
"Perasaan baru kemarin kakak kasih aku gantungan kunci tapi ternyata itu sudah 8 tahun lalu."
"Kakak tau, alasan aku kembali ke Indonesia adalah kakak salah satunya. Kakak yang ingin aku temui."
"Aku mau sombong ke kakak kalo di kampus aku mendapat nilai tertinggi. Bukannya kakak yang dulu ngatain aku karena mendapat nilai terendah?"
Air mataku terjatuh begitu saja.
"Sesuai permintaan terakhir kakak, sampai sekarang aku masih menyimpan gantungan kunci itu. Aku akan menjaganya demi kakak."
"Kakak yang tenang, ya di sana. Dan maaf, aku baru mengunjungi kakak sekarang."
Ketika aku akan pergi, aku melihat Samudra ada di tempat yang sama denganku. Di mana dia tengah meratapi makam di depannya.
Aku berjalan mendekatinya dan memang benar itu Samudra.
Aku hanya melihatnya dari belakang. Punggungnya bergetar, dia tengah menangis.
Aku menepuk bahunya pelan dan membuatnya mendongakan kepalanya melihatku.
"Raina?" ucapnya lalu menghapus cepat air matanya.
"Karina widyana," ucapku membaca nama nisan di depan Samudra
"Ini makam siapa, Sam?""Ini makam ibuku."
Aku terkejut mendengar jawabannya.
"I-ibumu?"
Ternyata banyak yang aku tidak tahu selama 8 tahun ini.
Hujan mulai turun di sore hari. Untung saja kami sudah berada di dalam sebuah kafe.
"Ibuku meninggal setelah acara wisudaku." Samudra mulai bercerita.
Berarti ibunya Samudra belum lama meninggal? Pikirku.
"Malam itu, orang tuaku lagi-lagi bertengkar hebat. Lebih hebat dari biasanya."
"Ayahku yang punya tempramen tinggi selalu melampiaskan kemarahannya pada ibuku dan malam itu ibuku sudah tidak tahan dengan sikapnya. Ibuku melawannya dengan meninggikan nada bicaranya. Itu juga, kali pertama bagiku mendengar dia berbicara keras."
"Ayahku semakin emosi melihat sikap ibuku padanya. Bukannya mereda, amarahnya semakin menjadi-jadi sampai sesekali dia memukul ibuku. Walaupun aku berusaha menahannya, tenaga ayahku lebih kuat ditambah dengan rasa emosinya yang makin memuncak. Aku terdorong keras dan kepalaku mengenai ujung meja yang ada di tempat itu. Setelah itu ...."
Samudra kembali meneteskan air matanya. Bibirnya seakan-akan sudah sulit untuk melanjutkan ceritanya.
"Jangan dilanjutkan jika kamu sudah tidak mampu mengatakannya," ucapku merasakan kesedihannya.
Samudra mengatur napasnya terlebih dahulu sebelum melanjutkan ceritanya.
"Setelah itu aku kehilangan kesadaran. Ketika sadar, aku sudah berada di rumah sakit dan dokter bilang aku sadar setelah dua hari kemudian. Di ruangan itu, aku melihat bi Sri yang selama ini bekerja dirumahku. Selama dua hari itu ternyata dia yang menjagaku di rumah sakit."
"Lalu bagaimana dengan ibu dan ayahmu waktu itu?"
"Bi Sri menceritakan semuanya padaku kejadian malam itu. Ibuku terjatuh dari lantai dua rumahku. Ayahku yang mendorongnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Terima Kasih Masa Laluku (OnGoing)
Teen Fiction❛❛Tentang kita di masa lalu, ketika aku masih bersamamu❞ Samudra Alasky Bintang, tokoh utama dalam buku ini. Di mana aku berusaha mengingat kejadian masa lalu untuk menceritakan pertemuanku dengannya. Di masa lalu aku milikmu. Di masa depan aku mili...