"Lagi ngapain?" pertanyaan Bulan membuatku buru-buru menutup buku di depanku."Bukan apa-apa."
"Kata bunda, cepat turun waktunya makan malam."
"Oke, duluan aja nanti nyusul."
"Jangan lama, gue udah lapar!"
"Iya, BulBul bawel."
Kebiasaan di panti asuhan ini yang membuatku merasakan betapa berharganya kebersamaan sebuah keluarga. Di mana kita tidak akan memulai makan jika ada salah satu orang yang belum kumpul di meja makan, kecuali orang tersebut tengah berada di luar rumah.
Namun, disatu sisi aku selalu merindukan orangtua kandungku yang entah ada di mana. Pada waktu tertentu aku selalu merenung tentang mereka, di mana mereka berada dan bagaimana wajah keduanya. Apakah aku salah satu yang mirip di antara keduanya, aku sangat penasaran akan hal itu.
Bunda Kasih pernah menceritakan awal aku datang ke sini, di mana saat itu aku dititipkan ketika usiaku baru menginjak 1 tahun. Selain merindukannya, di sisi lain juga aku merasa marah pada orang tuaku yang tega meninggalkanku. Perasaan rindu dan marah pada diriku sekarang 50/50.
Sewaktu-waktu aku sangat ingin bertemu. Namun, di sisi lain aku tidak ingin bertemu. Perasaan itu terus beradu dalam diriku.
Yang lebih menyedihkan sampai sekarang, aku tidak tahu nama kedua orang tuaku. Karena bunda Kasih menemukanku di depan pintu panti dengan selembar surat dan sebuah camera di sampingku.
"Gimana sekolah kalian?" tanya Bunda Kasih padaku, Yoga dan Bulan.
"Baik kok, Bun. Dan aku ditunjuk sebagai ketua kelas," ujarku.
"Kok bisa?" heran Bulan padaku.
"Ibu Mira yang pilih sendiri. Oh iya Bun, ternyata bu Mira itu pernah jadi relawan di panti asuhan kita, dan bu Mira masih ingat aku."
"Maksud kamu Ibu Amira?"
"Iya."
"Wah ternyata beliau seorang guru di sekolah kalian. Bunda tidak pernah lupa dengan kebaikannya."
"Bahkan beliau yang menjadi wali kelasku."
"Pesan Bunda, pada kalian semangat belajarnya, ya. Fokus pada tujuan kalian dalam meraih cita-cita. Sebaik mungkin Bunda akan terus mendukung sepenuhnya untuk kalian. Bunda selalu berdoa, kalian dan semua anak-anak di sini menjadi orang yang sukses."
"Terima kasih, Bunda. Raina sangat bersyukur tumbuh dengan kasih sayang Bunda yang tidak pernah berhenti mendoakan kami."
"Terima kasih Bunda. Pesan dan dukungan tulus Bunda akan selalu kami ingat," ujar Yoga.
"Iya. Bulan sangat berterima kasih kepada Bunda yang selalu menyemangati dan menjaga kami sampai sekarang."
✷✷✷✷✷
"Ra."
"Hm?"
"Menurut lo Devi sama Yoga ada hubungan apa, ya?"
"Kayaknya Devi suka deh sama Yoga."
"Feeling gue juga gitu."
"Kenapa tiba-tiba nanya gitu?"
"Penasaran aja."
"Penasaran apa khawatir?"
"Apa yang perlu di khawatirin?"
"Lo khawatir'kan kalo Yoga juga suka sama Devi?"
"Argh! kenapa sih sama diri gue akhir-akhir ini. Bawaannya kesal mulu kalo ngomongin Yoga!"
"Lo suka Yoga, BulBul."
"Tau ah gue ngantuk!"
Aku melihat ke bawah dan melihat Bulan sudah menutupi dirinya dengan selimut.
"Jujur dari sekarang sebelum nanti di rebut cewek lain."
"Tidur Raina udah malam!" balas Bulan di dalam selimutnya yang membuatku terkekeh mendengarnya.
Tbc.
#Maaf untuk part ini pendek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terima Kasih Masa Laluku (OnGoing)
Teen Fiction❛❛Tentang kita di masa lalu, ketika aku masih bersamamu❞ Samudra Alasky Bintang, tokoh utama dalam buku ini. Di mana aku berusaha mengingat kejadian masa lalu untuk menceritakan pertemuanku dengannya. Di masa lalu aku milikmu. Di masa depan aku mili...