8 • Your My Favorite

12 9 0
                                    


"Yoga, itu cowoknya!" heboh Bulan ketika kami berjalan di lorong sekolah.

Tentu saja aku dan Yoga mengikuti telunjuk Bulan dan di ujung lorong ada Samudra bersama Dion.

"Yang sebelah mana?" tanya Yoga bingung karena ada 2 orang di sana.

"Sebelah kiri."

"Jangan nunjuk-nunjuk gitu, malu!" Buru-buru aku menepis tangan Bulan sebelum Samudra dan Dion melihatnya, bisa-bisa mereka salah paham.

"Mereka menuju ke sini," bisik Bulan yang membuat jantungku berdetak cepat.

"Pagi, Raina."

Sebelumnya jantungku berdetak cepat. Namun, kali ini jantungku seperti membeku dan berhenti berdetak, bahkan aku sempat menahan napas saking terkejutnya. Samudra menyapaku di depan Bulan dan Yoga. Wajahku memanas sepertinya sudah berganti warna menjadi merah.

"P-pagi juga."

"Mau ke kelas bareng?"

Jika tidak menahannya aku pasti sudah berteriak sekencang - kencangnya detik itu juga.

"Duluan aja."

"Oke. Sampai ketemu di kelas."

Samudra dan Dion kembali melanjutkan langkahnya setelah mengguncang cepat jantungku.

Aku mencoba mengatur napasku dan menenangkan diriku agar terlihat biasa saja di depan Bulan dan Yoga.

"Aaaaa Rainaaa ... dia manis banget sih! gue iri deh sama lo karena sekelas bareng dua cogan itu."

"Lo juga sekelas sama cogan yang satu ini," timpal Yoga membanggakan dirinya yang membuat Bulan memutar bola matanya malas.

"Yang di samping crush lo tadi siapa, Ra?" tanya bulan antusias.

"Dion, temannya Samudra."

"Cowok yang lo taksir namanya Samudra?" tanya Yoga yang mendapat anggukan dariku.

"Ra. Plis kenalin gue sama Dion, ya?"

"Nggak! Gak ada kenal-kenalan. Kita ke kelas sekarang. Kita duluan, Ra. " Yoga merangkul paksa Bulan membawanya masuk ke kelasnya.

"Kenapa dia semanis itu sih," gumamku mengingat kejadian beberapa menit lalu.




Jam istirahat.

Seluruh siswa pergi berhamburan keluar kelas untuk mengisi perutnya yang lapar. Namun, tidak bagiku. Aku hanya mengambil sebungkus roti dan dua botol air minum lalu bergegas pergi menuju lapangan basket di mana Samudra tengah bermain di sana.

Aku pun mulai duduk di kursi penonton dengan beberapa siswa yang sama-sama tengah menonton.

Padahal ini bukan sebuah pertandingan hanya sebuah latihan para anggota basket SMA GARUDA. Namun, latihan tersebut cukup mengundang beberapa penonton termasuk aku yang rela mengisi waktu istirahat dengan memakan sebungkus roti demi menonton.

Salah satu favoritku dari Samudra sekarang adalah ketika dia memakai pakaian basket dengan keringat di pelipis dan area wajahnya. Dengan begitu dia terlihat sangat seksi di mataku.

Beberapa kali aku mengambil potonya diam-diam. Entah kenapa Poto yang di ambil secara candid olehku tidak ada yang terlihat jelek satupun.

"Kasihan banget dia gak bisa jelek," gumamku pada Samudra.

Dari atas, aku melihat Samudra berjalan menuju tangga kursi penonton. Lambat laun dia mulai mendekati kursi yang aku duduki.

"Gak ke kantin?" tanyanya lalu duduk di sampingku.

Aku menggelengkan kepala. "Nggak."

Dengan memberanikan diri, aku menyodorkan botol air minum yang sebelumnya aku bawa.

"Mau minum?"

"Makasih." Dengan cepat Samudra menerima botol air tersebut dan langsung meneguknya sampai menyisakan setengah botol.

"Haus banget kayaknya."

"Iya nih. Tau aja aku ke sini mau minta air minum sama kamu."

"Mereka senior anggota basket?" tunjukku pada sekumpulan siswa yang di pinggir lapangan.

"Iya. Mereka kelas dua belas."

"Ohh."

"Katanya kamu juga suka basket. Kapan kita main bareng?" Pertanyaan tiba-tiba Samudra membuatku bingung menjawabnya.

"A-aku memang suka basket, tapi aku gak jago main."

"Sama. Aku juga masih belajar."

"Tapi kamu tadi hebat, apalagi pas masukin bola ke ring dengan jarak jauh."

"Mau aku ajarin?"

Aku hanya diam. Mengiyakan tawaran Samudra kali ini benar-benar tidak mudah.

Aku menghapus cepat keringat di pelipisku. Membayangkan memegang bola saja sudah membuatku gelisah.

"Kamu kenapa keringetan gitu?"

"Nggak apa-apa. Mendadak aja di sini terasa panas."

"Ohh, mungkin karena hari makin siang."

"Yaudah Samudra, aku ke kelas duluan. Ada sesuatu yang harus aku kerjakan."

"Oh ya udah. Bye."

Terima Kasih Masa Laluku (OnGoing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang